Hari itu setelah aku dan ibu ibu mertuaku
selesai saling bantu mendaki menuju puncak,setelah ibu ibu mertuaku selesai
mandi, aku segera mandi pula. Selesai mandi, aku langsung keluar menyalakan
motorku. Aku bilang ke ibu mertuaku kalau aku mau servis motor sekalian jemput
istriku. Padahal tidak ada rencana pada hari itu aku untuk servis motorku,
namun aku merasa kalau tak bisa berduan terus dalam satu rumah dengan ibu
mertuaku yang nekat itu. Bisa-bisa nanti aku diajaknya lagi. Memang asyik dan menyenangkan
sih, tapi aku tak tega mengkhianati istriku. Rupanya terlalu lama servis
motornya sehingga aku terlambat untuk menjemput istriku yang memang hanya
setengah hari kerjanya. Setelah aku telepon, ternyata istriku sudah pulang
duluan dan berada di rumah, saat itu juga aku putuskan kembali ke rumah.
Setibanya aku di rumah, aku dapati isriku dan ibu mertuaku sedang mengobrol di
depan TV. Aku hanya menyapa mereka ala kadarnya dan langsung menuju kamar. Aku
sengaja tidak ikut mengobrol karena masih terbayang apa yang telah aku lakukan
bersama ibu mertuaku tadi. Aku tidak bisa membayangkan seandainya istriku tahu
apa yang telah kami lakukan. Tidak beberapa lama, isriku menyusulku masuk ke
kamar. “sudah makan, A’ ?”tanya istriku. “Belum, entar saja ah, Ris, belum
lapar ini”keinginan untuk makanku pun seolah hilang.
“Tadi sama mamah gimana, A’ ?” Dug….!
Pertanyaan itu terasa begitu menyesakkan dadaku. Apakah istriku sudah tahu ?
Apa yang akan dikatakan istriku nanti. Baru 3 bulan nikah, aku sudah
membohonginya, dengan ibunya dia sendiri lagi. “Aa’ ?” Risma memanggilku lagi.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Maafin Aa’, Ris…Aa’ gak bermaksud, tapi mamah
yang…”sahutku bingung. Belum selesai kalimatku, istriku langsung memotong. “Aa’
kenapa sih ? Kan Risma yang menyuruh mamah” ucapnya.
“Maksudnya ?” tanyaku kaget dan juga
bingung dengan ucapannya itu. “Iya, memang Risma yang nyuruh mamah buat
melakukannya sama Aa’ ” Aku semakin bingung dengan ucapannya, apakah istriku
mau ngetest kesetianku. Kalau memang iya, berarti sudah gagal lah aku. “Gimana,
apakah Aa’ bahagia saat sama mamah tadi ?”tanya istriku lagi seperti tanpa ada
beban. “Emang maksud Risma tuh apa sih ?” nadaku agak meninggi. “Aa’ marah yah
?” Pertanyaannya semakin membuatku bingung, kenapa harus aku yang marah ?
Seharusnya kan Risma yang marah karena aku telah melakukannya dengan ibunya.
“Risma selama ini ngerasa belum bisa
bahagiakan Aa’dalam hal itu” lanjutnya. “Risma sudah belajar sama mamah, semua
yang mamah ajarin juga sudah Risma praktekin, tapi tetep saja Risma masih belum
ngerasa Aa’ itu bahagia. Mamah juga katanya bingung mau ngajarin Risma apalagi,
soalnya mamah sendiri belum tahu Aa’ sukanya kayak gimana, makanya Risma nyuruh
mamah nyobain sendiri sama Aa’ “jelas istriku lebih lankut. Gila-k ! Ibu dan
ank sama saja. Aku selama ini memang suka kikuk kalau sedang melakukannya
dengan istriku,karena selama ini aku biasa dengan wanita-wanita yang sudah
berpengalaman. Tapi apa selama ini Risma gak sayang sama aku sehingga dia tidak
cemburu sama sekali aku melakukannya dengan orang lain ? “Sebenarnya Risma itu
sayang gak sama Aa’?” aku bertanya karena rasa penasaran. “Ya sayang atuh, A’
!” jawabnya singkat. “Tapi kamu kenapa gak cemburu padahal Aa’ sudah
melakukannya dengan orang lain ?”tanyaku. “Ah, Aa’ orang lain siapa ? Itu kan
mamah Risma sendiri, ngapain juga pake cemburu, kalau Aa’ sama orang lain
diluaran sana, baru Risma akan cemburu”sahutnya membuatku bertambah bingung
jadinya. “Emang tadi mamah bilang apa saja sama Risma ?”tanyaku lagi. “Ya bilang
yang Aa’ suka seperti apa, sukanya diapain…mau praktekin sekarang A’ ?”tanya
istriku. “Ayolah…” jawabku singkat.Risma langsung mendekatiku dan langsung saja
mempraktekkan teori yang diberikan oleh mamahnya,memang yang dilakukannya saat
itu efeknya sangat berbeda dari biasanya, namun masih tetap lebih ketika aku
dengan ibunya tadi.Setelah beberapa saat aku menyuruh istriku berhenti. Lalu
aku gantian yang berusaha membuatnya melayang.Tetapi ketika aku akan berusaha
membuatnya semakin terbang,istriku malahan memintaku langsung ke intinya
saja.Tetapi aku berikan jawaban kalau aku ingin nanti dulu. Saat itulah
terdengar suara ketukan di pintu kamar.
“The….Teteh, chargeran HP mamah yang dipinjam teteh dimana ?” tenyata ibu
mertuaku.
“Nih di meja, mah. Mamah ambil saja
sendiri, teteh lagi nanggung nih, pintunya gak dikunci kok” jawab istriku. Aku
melirik padanya, menandakan protes terhadap istriku yang malah menyuruh masuk
pada ibunya saat aku dan dia dalam keadaan seperti itu. “Gak pa-pa atuh, A’…
kan mamah juga sudah pernah lihat Aa’ seperti ini. Iya kan, mah ?”ucap istriku
sambil melirik ibunya yang sudah masuk ke dalam kamar. “Oh iya, mah, gimana sih
caranya biar tidak linu ?”tanya istriku ke ibunya dengan lugunya.
“Ya tetehnya rileks atuh, nyantai, jangan ditahan,ikuti
saja alurnya itu kemana pun” jawab ibu mertuaku.
“Yuk, A’ cobain lagi ya…?” pinta Risma
padaku. Duh, kacau nih, pikirku. Tiba-tiba moodku hilang dengan masuknya ibu
mertuaku itu. Tapi yah tanggung…. kasihan juga istriku kalau sampai tak jadi lanjut.
Jadi aku coba juga akhirnya cara itu,namun masih tetap sama.Istriku masih belum
bisa menahan rasa linu itu.Hingga akhirnya ibu mertuaku yang melihatnya pun
berkata,“Hemmm, teteh mah… nih, lihat mamah caranya” nampaknya ibu mertuaku
gem-as melihat tingkah istriku saat itu.Dengan cepat ibu mertuaku memposisikan
dirinya seperti posisi istriku saat itu dan berkata, “Coba, A’ sama mamah”
lanjutnya.
Aku agak sedikit ragu, aku lirik istriku.
”Gak pa-pa, Ris ?” aku bertanya. “Iya, gak pa-pa atuh, A’ kan Risma juga pengen
tahu caranya” jawab istriku. Aku lalu berpindah ke ibu mertuaku.Tanpa rasa
canggung lagi aku pun melakukan seperti yang diminta oleh ibu mertuaku
itu,sehingga ibu mertuaku langsung mengeluarkan suara-suara merdunya. sedangkan
istriku memperhatikannya secara seksama di sampingku. “Nih, the….kayak gi…..ni…
nyan…..tai saja” kata ibu metuaku dengan suara terputus-putus akibat ulahku
itu.Tentu saja aku semakin semangat jadinya sehingga suara ibu mertuaku semakin
menjadi. Saat itu juga istriku menarik tangan kiriku dan menempelkannya diarea
gampang banjir itu. Aku tak berhenti juga pada ibu mertuaku dan tanganku juga
aktif di kawasan Risma itu. Sekarang istriku pun mulai mengeluarkan suaranya
sama halnya ibu mertuaku. “Sudah, A’ gantian teteh atuh” kata ibu mertuaku
sambil beranjak mau pergi.Aku pun menghentikannya.
“Mamah mau kemana ? Jangan pergi dulu atuh,
mah” Istriku mencegah ibunya yang akan pergi.
“Sudah, Teteh terusin saja. Nanti mamah
malah jadi mau yang lebih lho…” jawab ibu mertuaku.
“Ajarin Teteh lagi atuh, mah.ntar sekalian
biar diselesakan sama Aa’. Mau kan, A’ ?” tanya istriku seraya melirikku. “Yah,
gimana Risma sama mamah saja lah” kataku pada akhirnya. Siapa juga yang bisa
menolak kesempatan seperti ini. “Ya sudah, atuh terusin dulu sama teteh, A’”
kata ibu mertuaku.
Aku pun bersiap kembali untuk istriku yang
dari tadi sudah tampak bersiap siaga. “Santai saja ya, A’ ” kata
istriku.Perlahan tapi pasti aku pun
memulainya.Ternyata Risma kali ini mulai bisa lebih baik dan mulai mengeluarkan
suaranya.
Kemudian kulanjutkan dengan yang lebih
lagi,sehingga istriku seperti tersentak kaget sambil memegangi tangan ibunya
yang sudah ada di sampingnya. “Linu, A’ “ucap istriku. “Udah ya, A’ ?!”ucapnya.
Aku pun menghentikannya di area itu dan
berpindah kearea yang lainnya, Pada saat itu juga tiba-tiba aku merasakan
sesuatu yang hangat. Rupanya ibu mertuaku yang masih menggunakan daster sudah
ikutan untuk mengantarkan aku ke puncak di siang itu. Sungguh saat itu aku
bagaikan seorang raja dengan seorang ratu dan selirnya saja.Melihat aku yang
kesenangan dengan aksi ibu mertuaku, istriku langsung bangun dan menyuruhku
berbaring. Selanjutnya Istriku dengan seksama memperhatikan secara detail cara
yang dilakukan oleh ibu mertuaku itu. Melihat istriku yang memperhatikannya
itu, ibu mertuaku kemudian menyuruh istriku menggantikannya.Mendapati situasi
yang luar biasa itu tentu saja aku semakin terpancing,aku pun meminta istriku
untuk menyempurnakannya.Sedangkan aku juga sedang sibuk berusaha membuat ibu
mertuaku semakin terpacing. Istriku pun langsung bersiap-siap mengabulkan
permintaanku itu. sedangkan aku masih asik pada ibu mertuaku. Tanpa aku sadari,
tangan ibu mertuaku memegangi istriku,dan memberikan arahan. “Nah, gitu,
teh…..?” katanya sambil memberi arahan pada istriku. “Iya, mah…Teteh…!”
seketika itu juga Risma telah mendapatkannya.
“Gantian mamah ya ?” kata ibu mertuaku.
Istriku pun mengangguk. Namun saat ibu mertuaku hendak naik, aku menolaknya.
Aku tahu kalau ibu mertuaku di atas, aku pasti cepat game over.
“Mamah di bawah ya…?” kataku.Selanjutnya
aku pun mengerjakan tugasku itu,dengan cepat ibu mertuaku menyambutnya dengan
antusias sekali diiringi dengan suara-sauaranya yang menambah suasana menjadi
semakin romantis saja.Mendengarnya semakin aku percepat langkahku. Dan beberapa
saat kemudian ibu mertuaku pun mendapatkannya juga. Sebenarnya saat itu juga
aku hendak dapat, namun aku coba tahan.Kemudian ibu mertuaku menyuruh istriku
menggantikannya,tetapi istriku justeru menyuruh ibu mertuaku yang lanjut. Aku
sebenarnya lebih senang dengan ibu mertuaku dibanding dengan istriku, mungkin
karena ibu mertuaku lebih berpengalaman. Segera saja ibu mertuaku mengeluarkan
jurus yang baru lagi yang membuatku semakin senang,melihat gelagat itu istriku
bilang,
“Ntar teteh ajarin yang itu ya, mah”pinta
istriku. “Iya, ntar mamah ajarin” kata ibu mertuaku dengan senyum bangga. Tak
lama kemudian ibu mertuaku mulai mempercepat langkahnya.Dan seperti yang sudah
aku kira kalau aku tak akan lama kalau ibu mertuaku di atas.Akhirnya aku pun
berhasil diantarkan oleh ibu mertuaku disiang itu ke puncak,yang tentu saja
diikuti pula olehnya. Kugenggam tangan istriku yang berada di sampingku
disaat-saat indah itu. Setelah selesai, ibu mertuaku langsung turun dan pergi
meninggalkan kamarku. Sekarang tinggallah aku dan istriku. Aku belai rambutnya.
Meskipun terasa gila-k, tapi aku rasakan aku semakin sayang kepadanya. “Ris…”
aku memanggilnya pelan. “Iya, A’ ” sahut istriku. “Kok bisa ya kamu berbagi
seperti itu ?” tanyaku yang masih heran. “Risma sama mamah mah dari dulu sudah
dekat banget. Apa-apa suka berdua, pergi kemana-mana berdua, tidur berdua,
bahkan mandi juga kadang suka berdua sama mamah. Makanya kalau Aa’ sama mamah
ya sudah, gak masalah buat Risma” jawabnya. “Jadi Risma juga berbagi suami sama
mamah ?”tanyaku.
“Ya nggak atuh, A’. Aa’ itu suaminya Risma,
terus kalau mamah ya tetep saja ibu mertuanya Aa’. Ini kan cuma masalah
pembagian jatahnya saja, A’. Risma juga kasihan sama mamah, semenjak bapak
sakit sampai meninggal, mamah tuh gak pernah mendapatkannya, palingan cuma
ritual sendiri. Terus kan nanti kalau Risma lagi ada tamu bulanan atau sehabis
lahiran, kan gak bisa kasih jatah. Jadi kalau Aa’ mau, tinggal bilang saja sama
mamah, Risma kan gak mau Aa’ jajan atau nyari di luar” jawaban istriku begitu
datar seperti yang biasa saja, padahal bagiku ini hal yang aneh dan juga begitu
gila-k. Tapi yah kalau boleh jujur, aku merasa lebih bahagia saat dengan ibu
mertuaku yang lebih berpengalaman.Sejak saat itu, kami sering bertiga, bahkan
tak jarang kalau istriku sedang kerja, aku dengan ibu mertuaku, tapi dengan
sepengetahuan istriku. Sekarang aku sudah 5 tahun menikan dan sudah dikarunia
seorang putri yang cantik. Sampai saat ini juga aku masih suka dengan ibu
mertuaku, apalagi kalau istriku sedang datang tamu bulanannya.Demikianlah
kisahku ini yang berawal dari pengalaman saat dengan Bu Mona 39 tahun ibu kos
ku itu,dan berlanjut seperti ini jalan hidupku.
SEKIAN & TERIMA KASIH ! NANTIKAN KISAH- KISAH SERU LAINNYA YA GUYS !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar