Kamis, 22 Juni 2023

Pembantuku Malam Itu Menggantikan Tugas Istriku Yang Keluar Kota || Cerp...

Ketika putri saya berumur satu tahun saya pindah rumah,yaitu Rumah sendiri.Karena selam ini saya dan istri tinggal dirumah mertua. Rasanya sudah cukup bekal mental kami untuk tinggal di rumah sendiri. Semua pelajaran tentang bagaimana berumah tangga yang kami terima dari ibu mertua tampaknya sudah sangat cukup. Juga soal pembelajaran bagaimana menyenangkan istri tentunya dari ibu mertua saya itu,meskipun Kami hanya sekali saja melakukannya, dan tak ada keinginan untuk saya mengulanginya bersama beliau.Saya takut, seperti halnya kejadian saya dengan Mbak May dan Ros. Tapi diam-diam saya merasa bangga juga terhadap diri saya. Karena mpat perempuan dalam satu keluarga telah berhasil saya taklukkan, dan rahasia itu tetap terjaga dengan aman sampai kini,sampai saat saya tuliskan kisah saya ini.

Sesungguhnya petualangan saya belumlah berakhir. Kebiasaan saya itu masih terus berlangsung di dalam rumah saya yang baru itu. Terus terang saya memang tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya dengan perempuan lain di luaran yang benar-benar saya kenal. Mungkin karena pada dasarnya saya suami yang “baik”. Kedua saya sadar kalau tidak memiliki daya tarik yang menonjol pada diri saya itu. Tinggi badan saya cuma 162 cm. Terlalu pendek untuk seorang laki-laki kalau menurut saya pribadi. Kulit sawo matang, dan wajah biasa saja meskipun tidak jelek juga. Intinya saya merasa kalau tidak ada yang luar biasa pada diri saya itu. Jadi sangat jarang perempuan akan tertarik secara fisik kepada saya.

Saya juga tidak terlalu berani di dalam bergaul, meskipun saya cukup humoris. Saya tak punya banyak teman wanita kecuali teman sekantor, dan beberapa teman di dunia maya. Saya merasa sangat nyaman berteman dengan perempuan-perempuan di dunia maya itu.Rasanya bisa Lebih bebas. Baiklah, yang akan saya ceritakan di dalam kesempatan ini adalah mengenai pembantu saya yang baru.

Kami memang sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Entah kenapa ? Mungkin mereka tidak cocok dengan istri saya yang cenderung tak banyak omong, sehingga terkesan galak. Mungkin juga karena mereka itu rata-rata malas untuk mengasuh putri kami….? Entahlah. Justru pergantian-pergantian pembantu inilah yang membuka pintu bagi saya untuk bisa bebas menjalankan dan mewujudkan hobi saya itu. Yang pertama kali adalah dengan seorang gadis bernama Sri. Usianya saat itu 18 tahun. Dia kami peroleh di sebuah kantor agent,semacam yayasan gitu. Saat itu istri saya sedang memilih-milih calon pembantu yang ditawarkan oleh pengelola agent itu. Sedangkan saya menunggu di ruang tamu dengan putri saya. putri saya terus bergerak-gerak. Maklum baru beberapa minggu bisa berjalan jadi masih senang-senangnya mungkin. Saat dia melihat mamanya dia pun berlari ke arahnya. Ketika mamanya akan menangkapnya, tetapi keburu didahului seorang gadis salah seorang calon pembantu yang ada. Gadis itu mengangkat putri saya dan menimangnya. putri saya kelihatan senang….Sehingga saya dan istri saya tertegun.

Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya.

“Gimana kalau dia saja pa ?” tanyanya. Saya merasa bingung karena kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap putri saya,rasanya dialah yang kami cari. Kami memang butuh pembantu yang pintar mengasuh putri kami. Maklum saya dan istri semuanya memang bekerja, sehingga tanggung jawab akan putri kami itu sepenuhnya kami serahkan ke pembantu. Tetapi ketika melihat gadis itu, saya jadi ragu. Rupanya istri saya tahu apa yang ada dalam benak saya. putri kami saat itu masih dalam gendongan gadis itu. Gadis yang benar-benar tak layak untuk menjadi seorang pembantu.Dia terlampau cantik sebagai seorang pembantu menurut saya saat itu. Kulitnya putih bersih. Tinggi semampai, ramah, periang. Dan….waduh….masa depannya itu sangat besar. Tetapi Saat ini saya sedang benar-benar mencari seorang pengasuh putri kami itu…Itu yang penting. “Dia saja ya pa ?”ucap Istri saya mendesak… Saya pun makin bigung. “Si Nisa lengket banget tuh”lanjut istriku.

Akhirnya gadis yang bernama Sri itu kami pilih untuk menjadi pembantu kami. Inilah sebenarnya kekeliruan istri saya saat memutuskan pilihannya itu. Maaf pembaca sekalian…...karena menurut penglihatan saya saat itu,pembantu yang bernama Sri itu……setingkat lebih cantik dibanding istri saya sendiri. Benar-benar membingungkan bukan ? Bahkan para tetangga kami tadinya tidak percaya kalau itu pembantu saya. Mereka mengira dia famili dekat kami. Bahkan reaksi saudara-saudara istri saya pun semuanya negatif. Mereka semua merasa keberatan dengan pembantu secantik itu. Apalagi Sri benar-benar ramah luar biasa. Dia juga cenderung cerdas, meskipun hanya lulusan menengah pertama. Ibu mertua saya bahkan sempat marah-marah pada istri saya dan meminta saya untuk segera mengganti pembantu saya itu dengan yang lain saja. Istri saya kemudian memberikan penjelasan pada ibu mertuaku tetang bagaimana pintarnya sri merawat Nisa putri kami itu. Penjelasannya itu pun tidak bisa diterima oleh ibu mertua saya. Saya menduga keberatan itu karena ibu mertua saya khawatir akan terjadi sesuatu antara menantunya ini dengan Sri pembantuku itu. Beliau kan merupakan contoh nyata,yang telah merasakan bagaimana saat melakukannya dengan saya ? he he he….. Istri saya tetap bersikukuh dengan keputusannya itu, bahkan ketika ibu mertua mengatakan kalau tidak akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu itu istri saya tetap mempertahankan sri sebagai pembantu di rumah kami.

Apa yang dikhawatirkan ibu mertua memang beralasan. Saya benar-benar tertarik dan terpesona oleh semua yang ada dalam diri Sri itu. Kecantikannya, kebersihannya,dan juga keramahannya. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran ngelantur. Saya mulai mencari cara untuk bisa mendapatkan Sri. Maukah dia ? pikirku pada lamunanku. Istri saya sama sekali tidak mencurigai gelagat itu pada saya. Baginya saya adalah pria yang lugu dan setia. Dunia saya hanya dunia kantor dan rumah. Setiap kali dia menghubungi saya, ya saya hanya di kantor atau di rumah. Itulah yang membuatnya merasa tenteram, tidak menaruh curiga apa-apa pada saya.belum tahu dia kalau suaminya sebenarnya adalah buaya yang sangat pandai menyelam….he he he.

pendekatan terhadap Sri saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya sedang ada tugas keluar kota. Keinginan saya sudah muncul sejak siang harinya. Istri saya sebelum berangkat keluar kota berpesan kepada Sri, supaya kalau malam Nisa tidurnya dengan dia saja. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur di malam hari. Saya itu akan susah bangun sekalipun putri kami itu menangis dengan keras di sisi saya. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh keinginan saya untuk bisa melakukannya di malam itu bersama Sri pembantuku yang cantik dan menarik itu.

Saya telah berusaha memancing keinginanya sejak sore. Tapi tidak ada reaksi apa-apa darinya. Seperti dengan cara saya tiduran dengan berbalut sarung saja, tanpa baju…. Jam 20.00 Sri meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya. “Sudah biar tidur sama saya saja,Sri ” kata saya. “Nanti saya dimarahin Ibu pak….Katanya Bapak kalau tidur…..”ucapan sri segera saya potong.

“Ahh sudahlah…..Nanti saja, saya masih mau tidur di dekat Nisa,putri saya” sahut saya.

“Saya sudah mengantuk,pak…..”ucapnya tetap dengan sopan. Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos dengan rok di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa. Rambutnya tergerai sebahu. Hmm…..keindahan itu tampak sedikit dari roknya.

“Sudah kamu tiduran di situ dulu saja,nanti kalau sudah waktunya kamu aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu,ok ?” kata saya. Sri tampak ragu dan bingung.

“Sana ambil bantal kamu Sri” perintah saya.

Dia pun beranjak mengikuti perintah saya itu. Sebentar kemudian Sri sudah datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia kemudian tidur di sisi Nisa. Dia pun berbalut dengan selimutnya. Tenggorokan saya seperti tersekat….Kering. Haus sekali rasanya. Saya tidur dengan Sri hanya dibatasi si Nisa putriku. Sri terlihat sedang mencoba memejamkan kedua matanya. Sesekali dia melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya….Rupanya dia tahu bahwa saya sedang memandanginya terus. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan matanya. Saya memandanginya terus. Semakin lama saya pun semakin kagum, dan semakin pah-nas dingin saja saya rasakan. Tetapi Saya masih merasa bingung bagaimana caranya untuk mengawalinya. Maukah Sri malam ini menerima tawaran saya untuk membantunya menuju sebuah puncak ? Kalau dia melawan bagaimana ? Kalau berteriak-teriak bagaimana ? Kalau besok dia langsung minta keluar dari kerja bagaimana ? Pikiran saya mulai kacau. Akhirnya antara berani dan tidak….Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi…..Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya saat itu.

Saya coba memanggil namanya dengan pelan….Dia membuka matanya.

“Kamu cantik sekali sri…..”ucapku nekat. Dia terbelalak dan langsung merapatkan selimutnya. Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum sedikit. “Kamu cantik sekali,sri” ucap saya lagi.

Sehingga wajahnya pun memerah. Hal itu akhirnya menimbulkan keberanian pada diri saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimutnya. Dia kaget dan menariknya dengan pelan. Saya hentikan usaha saya itu. Sesaat kemudian saya mencoba meraih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam saja atas kenekatan saya itu, Saya pun makin berani.

“Kamu pernah punya pacar,Sri ?”tanyaku. “Sudah dong pak….Nggak boleh begitu,”ucapnya mencoba menghentikan kenekatanku malam itu. Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Sri mencoba menangkannya dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam….Dia diam, hanya matanya yang menatap lurus ke arah mata saya. Saya ci-hum tangan itu. Keinginku semakin tidak terkendali. Saya terus ci-humi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada reaksi darinya. Saya pun semakin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini saya berada di belakanganya. “Bapak jangan gitu…” dia mencoba menepis tangan saya yang mencoba untuk melangkah lebih jauh lagi. “Kenapa Sri ?”tanyaku pelan. “Nggak boleh pak, Nanti dimarahin Ibu”sahutnya dengan pelan juga. “Kan Ibu nggak ada Sri ?”ucapku.

“Nanti dibilangin lho sama Adek. Dek Nisa….besok bilangin ke mama ya kalau Papa nakal ya ?” Sri berbicara pelan kepada Nisa putriku yang tengah tidur pulas itu. Saya hanya tersenyum melihatnya dan kembali mencoba keberuntunganku malam itu. Kali ini dia diam saja. Saya lebih merapat kepadanya.

Dia berusaha menjauh, Saya pun makin nekat…. Saya buka selimutnya.Dia berusaha menghindar dengan mencoba bangun dan berkata, “Saya tidur di kamar saja deh pak ”Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya. “Jangan dong Sri ”cegahku pelan. “Bapak gak mau diem sih”sahutnya.

Saya pun menghentikan kenekatan itu untuk memberinya ketemangan dulu. Sesaat kemudian saya mencobanya lagi dengan hanya meletakkan tangan saya pada pingang. Sri diam saja dengan apa yang aku lakukan itu. Melihat gelagat itu saya kembali nekat untuk berusaha memberikan pancingan pada pembantuku yang saya idam-idamkan itu dengan hati-hati. Tampaknya usahaku kali ini berhasil.terbukti dengan sri telah mengeluarkan suara yang aku hafal betul kalau itu bukan suara penolakan tetapi sebaliknyaSaya pun semakin jauh lagi melangkah Tak ada perlawanan darinya. Tangan saya bergerak pelan ke atas sampai tersentuhlah sesuatu yang yang selama ini sangat saya kagumi dan inginkan.

ketika saya dengan pelan-pelan menggerak-gerakkan telapak tangan saya,terlihat Sri mulai bergerak-gerak dan bersuara dengan lirih. Saya pun semakin lupa daratan jadinya. Tangannya terasa memegang tangan saya, tetapi bukan untuk melarang tangan saya itu disana tetapi sebaliknya.Mendapati situasi yang seperti itu saya pun dengan segera merubah posisi saya,yaitu berpindah ke atasnya,dan segera memulainya untuk membuatnya semakin terbawa suasana romantis malam itu. Tanpa saya duga,ternyata dia membalasnya dengan penuh suka cita. “Kamu pernah melakukannya dengan cowok sebelum ini Sri ?” bisik saya. “Belum pernah pak ”sahutnya seraya menatap saya dengan wajah yang begitu sendu.Tampaknya Sri sudah benar-benar berhasil aku pancing keinginannya.

“Berarti kamu masih ASLI Sri ?” taya saya. Dia mengangguk. “Kamu ikhlas kalau buat saya ?”tanyaku ingin memastikannya. Dia mengangguk…..Tapi saya takut…..Saya tak berani megambilnya. Biar bagaimana pun saya masih punya rasa kasihan. Tak tega saya….. Benar-benar tak tega…Tapi keinginan itu telah menguasai kami berdua malam itu. “pakai mulut saja ya ?” bisikku. Dia mengangguk-angguk. Akhirnya malam itu kami berdua sama-sama bisa sampai di puncak itu walau tidak sampai saya merusaknya. Sampai-sampai Dia tampak muntah-muntah….Suaranya sangat keras….Saya jadi ketakutan. Dia menampung muntahan itu dengan selimutnya. Saya menjadi iba……Saya pijat-pijat tengkuknya. Beberapa saat kemudian dia mulai tenang……Saya ambilkan air, dan di meminumnya. Dia memukuli dada saya dengan pelan. “Bapak…..Bapak…..tega banget sih ?”.

“Tapi kamu masih tetap ASLI kan ? Kamu tidak kehilangan mahkota kamu itu dan kamu tidak akan hal-im”ucapku menjelaskan pada Sri. Dia pun kemudian tersenyum dan beranjak menuju kamar mandi. Saya lega….Benar-benar lega walau masih sebatas itu. Hubungan saya dengan Sri itu saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan bagi saya dan Sri. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya sedang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri saya bekerja dan saya pulang diam-diam. Tetapi semua itu masih tetap sperti yang pertama kali itu juga,yaitu tanpa harus merusak ke ASLI an pembantuku itu.Bagi saya itu lebih dari cukup. Saya memang tidak menginginkan ke ASLI an Sri. Biarlah itu menjadi milik suaminya kelak. Suatu saat, entah karena apa, istri saya meminta Sri keluar dari rumah saya. Sri sangat sedih dengan keputusan istri saya itu. Dia menangis sesenggukan. Saya juga kaget dan takut jadinya. Ada apakah sebenarnya ? Apakah istri saya tahu yang terjadi antara saya dan Sri selama ini ? Akhirnya istri saya berterus terang kalau sebenarnya,

“Semua ini karena ibu saya yang menyuruh Sri,bukan saya” kata istri saya kepada Sri.

Sebagai gantinya ibu telah menyediakan pembantu baru. Seorang perempuan yang Hitam, dekil, dan udik. Hmm…..Sayangnya lagi dia telah bersuami. Suaminya seorang tukang bangunan. Saya tak berani untuk nekat dengan perempuan itu. Lagi pula perempuan itu amat santun, lemah lembut, dan sangat menyayangi putri saya, sehingga saya berusaha menjaga agar perempuan itu betah bekerrja bersama kami. Kepada Sri istri saya mencarikan kerja di sebuah toserba yang cuku besar. Ini berkat bantuan relasi istri saya. Sri gembira bukan main meskipun sedih harus berpisah dengan Nisa dan saya. Sejak itu saya tak pernah bertemu dia lagi. Tapi berharap suatu saat bisa bertemu ketika dia telah bersuami, dan mengulang apa yang pernah kami lakukan. (Sri, jika kamu tahu, saya sampai saat ini masih terus menunggumu)…..!

Sekian & Terima kasih ! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar