Rabu, 28 Juni 2023

Bulek Iroh Yang Awalnya Pura Pura Ternyata...? || Cerpen Romantis

Cerita ini terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas. Aku ikut tinggal dirumah Bulek Iroh 39 tahun.Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi.Bulek Iroh ini adalah seorang jahnda yang semua anaknya sudah pada menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bulek Iroh. Bulek Iroh ini meskipun sudah berusia 39 tahun, namun menurutku untuk wanita seusianya Bulek Iroh masih terhitung menarik meski agak gemuk namun masih terlihat menawan dimataku. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bulek Iroh paling sering memakai daster yang menampakkan keindahan-keindahan yang ada padanya, sehingga membuatku selalu mencuri-curi pandang padanya.Hari itu aku sedang membaca koran di kamarku, pintu kamar sengaja aku biarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk ke kamar. Dari dalam kamar itu lewat pintu yang terbuka itu aku lihat Bulek Iroh sedang berjalan sambil membawa handuk, rupanya dia mau mandi. Dia sempat berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku. “Kok belum berangkat ?” Sapanya.

“Iya Bulek, hari ini aku masuk siang” Jawabku. “Wah enak dong bisa santai…” Kata Bulek Iroh lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju ke kamar mandi.Dari kamar mandi aku dengar Bulek Iroh bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi langsung mgelantur dengan membayangkan Bulek Iroh yang tengah mandi itu,dan timbullah keinginanku untuk mengint-ipnya. Segera aku tutup pintu kamarku dan dengan berhati-hati aku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi itu,dan ternyata ada sedikit lubang kecil dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, aku tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang kecil itu, tampak Bulek Iroh yang sedang mandi,aku bisa melihat apa yang ada di kamar mandi itu,alangkah terkejutnya aku ketika melihat Bude Iroh melakukan ritual di kamar mandi itu.dengan jelas aku bisa melihatnya,sehingga membuat keinginanku pun menyala-nyala.Semakin lama keinginanku semakin tak terkendali, kepalaku sudah tidak bisa berfikir secara jernih lagi, yang ada di kepalaku hanyalah bagaimana caranya bisa mendapatkan Bulek Iroh.Bulek Iroh pun akhirnya selesai mandi, dililitkannya handuk itu sedangkan pakaian kotornya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi itu. Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. Bulek Iroh pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bulek Iroh melewati kamarku dengan cepat aku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi aku tarik Bulek Iroh masuk ke kamarku. “apa-apaan nih…?” Pekik Bulek Iroh terkejut.

“Imron, jangan Mron….?!” Bulek Iroh mencoba menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kananku malah semakin jauh melangkah menuju kawasan rawan banjirnya itu.Bulek Iroh mencoba berontak agar lepas, tapi aku tak memberikan kesempatan itu. “Imron…..ingat Ron,,,bulek ini sudah tua” Kata Bulek Iroh memohon. “bulek itu masih seger koq, buktinya saya sangat tertarik sama bulek. sudah deh mendingan bulek ikutin saja, lagian kan bulek sudah lama nggak melakukannya ?” Kataku terus memaksa. “Tapi bulek kan malu, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?”jawab Bulek Iroh.

“Ya makanya, mending Bulek ikuti saja, supaya nggak bakalan ada yang tahu”pintaku ke bulek iroh.

Akhirnya Bulek Iroh pun terdiam, dia tidak berusaha menolak lagi atas apa yang aku mau,sehingga aku semakin leluasa dalam upaya memancing keinginan Bulek Iroh. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bulek Iroh, aku semakin mengintensifkan gerakan tanganku ke bagian-bagian Bulek Iroh yang dapat membuat keinginan Bulek Iroh semakin tinggi agar tidak kehilangan momen yang indah itu sedikitpun.

“Imron……” Bulek Iroh mulai mengeluarkan suara-suara pelan, pertanda keinginannya sudah mulai bangkit. Aku pun berputar menghadap Bulek Iroh dan melanjutkan usahaku itu. Bulek Iroh ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya aku dengan penuh kasihnya.Bahkan saat tangannya aku arahkan dia tidak menolaknya.Tanpa aku minta Bulek Iroh sudah melakukan sesuatu yang sangat aku inginkan.Sehingga sensasi yang aku rasakan saat itu benar-benar sangat luar biasa.Aku pun tidak tinggal diam dengan penuh semangat aku pun berusaha untuk membuat Bulek Iroh melayang juga.Dengan posisi Bulek Iroh yang tetap berdiri, aku merubah posisiku menjadi berjongkok di depannya.Bulek Iroh ternyata tahu apa yang akan aku lakukan,dengan perlahan Bulek Iroh memberikan peluang itu padaku,aku pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.Setelah itu benar-benar aku kerjakan Bulek Iroh bersuara semakin tidak karuan,pertanda kalau dia sangat menyukainya,sehingga aku pun semakin bersemangat melakukannya.Begitu asyiknya aku dan Bulek Iroh kala itu, hingga aku dan Bulek Iroh sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu pintu belum aku kunci. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. aku hentikan sejenak aktifitasku itu. “Bulek,,,, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang” Kataku sambil berdiri. “Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet ya Mron, Bulek sudah…..” Jawab Bulek Iroh seraya mengedipkan matanya. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu untuk mengunci pintu.Setelah mengunci pintu aku segera kembali, “Kalau pintu depan sudah dikunci apa belum Bulek ?” Tanyaku ketika sudah dekat Bulek Iroh. “Dikunci, dari pagi Bulek belum membukanya kok” Jawab Bulek Iroh sambil menarikku dengan tidak sabar.Aku dan Bulek Iroh kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda itu.Bulek Iroh semakin aktif saja, Bulek Iroh kemudian gantian berjongkok di hadapanku,dan melakukan seperti yang sebelumnya aku lakukan.Tanganku tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada,sehingga semakin lama Bulek Iroh tidak lagi mau berlama-lama untuk proses pemersatuan. “Imron….sekarang yuk……” Pintanya sambil berbaring di atas kasurku.Tanpa berkata lagi aku menyusul Bulek Iroh dan mengabulkan permintaannya itu.Pagi itu aku dan Bulek Iroh sama-sama bersemangat sekali,hingga sekitar 25 menit kemudian secara bersama-sama aku dan bulek iroh berhasil meraihnya.Untuk beberapa saat aku dan Bulek Iroh saling diam meresapinya. Sambil berbaring aku dan Bulek Iroh melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda ria.Aku dan Bulek Iroh lalu membersihkan diri di kamar mandi.hingga ketika keinginanku dan keinginan Bulek Iroh kembali bangkit, aku dan Bulek Iroh kembali mengulanhnya di kamar mandi sampai benar-benar lega. Wanita seusia Bulek Iroh memang sangat berpengalaman dalam membahagiakan pasangannya,biasanya mereka tidak egois, bahkan yang aku rasakan Bulek Iroh cenderung memanjakanku agar mendapatkan kesenangan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah aku pun merasa dituntut untuk bisa mengimbanginya. Keinginanku terhadap Bulek Iroh entah kenapa selalu menyala-nyala, maunya setiap hari aku bisa melakukannya dengannya, dan ternyata Bulek Iroh pun demikian pula adanya. Hal ini aku dengar sendiri ketika aku mengajaknya,padahal ketika itu putrinya yang datang berkunjung sedang ada di kamarnya. Saat Bulek Iroh sedang mencuci piring,dari belakangnya aku berbisik, tapi dengan halus Bulek Iroh menolaknya.

“Jangan sekarang sayang, nanti putriku tahu” Kata Bulek Iroh. “Tapi Bulek, saya sudah ingin ini…”rajukku.

“Bulek juga sama sayang, malahan Bulek pengennya tiap hari bisa sama kamu”sahutnya dengan senyum penuh arti. Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh keinginan yang tak terealisasikan.Sudah 4 hari ini keinginanku itu tak terselesaikan, aku dan Bulek Iroh hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga sore itu, putrinya memutuskan untuk pulang. Setelah putrinya bulek iroh pergi. segera aku mencari Bulek Iroh. Di dalam rumah tampak Bulek Iroh baru keluar dari kamarnya. “Mau ke mana Bulek ?” Tanyaku seraya mendekatinya. “Bulek mau ngaji dulu sayang…” Jawab Bulek Iroh. ”Bule, ayo dong, sudah lama nih…?” Rajukku. “Nanti saja ya sayang, Bulek cuma sebentar koq ngajinya”sahut Bulek Iroh. “Ayo lah Bulek sebentar saja…” Paksaku.Tanganku segera saja menjalar kemana-mana. ”Dasar kamu, nggak sabaran banget… tapi sebentar saja ya !”sahut Bulek Iroh akhirnya manut.Ternyata Bulek Iroh juga sudah sangat mengharapkannya, karena setelah sampai di kamarnya itu apa yang aku lakukan segera di balasnya dengan sangat bersemangat. Meskipun waktu itu Bulek Iroh memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bulek Iroh untuk saling berbagi,malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat keinginanku semakin menjadi-jadi dan permintaan Bulek Iroh untuk melepas kerudungnya pun aku larang. “sayang, kerudungnya Bulek lepas dulu yah !” Pinta Bulek Iroh. “Jangan Bulek, biarin saja, saya semakin suka melihat bulek pakai kerudung”sahutku.

“Ah kamu ini ada-ada saja”ucapnya Sambil berusaha mempersiapkan dirinya untuk acara pelepasan itu. “sayang…lekaslah bulek keburu telat ini ngajinya…” Pinta Bulek Iroh.

“Iya Bulek….” Jawabku sambil mengarahkannya. “sayang….Bulek ingin di atas ya..!”pinta Bulek Iroh.Aku pun mengiyakan kemauan Bulek Iroh itu,Ku imbangi gerakan Bulek Iroh dengan selalu menyambutnya disaat dia turun.Setelah beberapa saat aku dan Bulek Iroh saling membantu,kurasakan kalau aku sudah mau kelar. “Bulek saya sedikit lagi nih…”bisikku. “Bulek juga sayang…” Balas Bulek Iroh.hingga akhirnya aku dan Bulek Iroh sama-sama selesainya.Aku dan Bulek Iroh sama-sama terdiam untuk beberapa saat sebelum bulek iroh berkata, “Udah ya sayang, Bulek mau berangkat ngaji dulu” Kata Bulek Iroh sambil beranjak menuju kamar mandi.Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bulek Iroh sama-sama masuk kamar mandi untuk bersih-bersih Sambil saling bercanda. “Gara-gara ini nih Bulek jadi terlambat…” Kata Bulek Iroh sambil meremasnya dan terkekeh.Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bulek Iroh itu. Setelah dirasa bersih aku dan Bulek Iroh keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bulek Iroh berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko’ sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bulek Iroh berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.

“Sayang…. Bulek berangkat ngaji dulu ya… kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu” Kata Bulek Iroh. “Iya Bulek…”Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bulek Iroh.Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bulek Iroh nonton TV berdua, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bulek Iroh saat itu, kasihan sepertinya dia cape sekali. Ketika aku mau kembali ke kamarku aku dengar telepon Bulek Iroh berdering,yang ternyata dari cucunya Bulek Iroh yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung.Wah alamat nih….bisa-bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi aku lihat Bulek Iroh sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster membuatku jadi iseng. Ketika mandi itu pikiranku terus tertuju ke Bulek Iroh, pikirku kalau nggak sekarang….bisa gigit jari deh nanti, soalnya cucunya Bulek Iroh kalau datang bisa berhari-hari.Setelah selesai mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bulek Iroh yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat dengan Bulek Iroh langsung saja aku memberikan kejutan padanya. “apaan nih..!?” Teriak Bulek Iroh terkaget-kaget,tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bulek Iroh pun tenang kembali. “kamu ini ngapain sih, ngagetin Bulek saja, untung Bulek nggak Jantungan”Rajuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.sedangkan Bulek Iroh sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran yang akan dimasak. “sayang,,,, Bulek sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Bulek” Kata Bulek Iroh. “Koq Bulek tahu..?” Tanyaku. “Kamu semalam denger kan kalau cucuk Bulek mau datang. Kasihan deh kamu sayang, bakal nganggur beberapa hari, hi… hi… hi…” Jawab Bulek Iroh sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nantinya. “Iya Bule, nasib-nasib…” Sesalku.

Bulek Iroh kembali tertawa mendengar ratapanku itu. “Sayang…. berhenti sebentar…” Pintanya.Dan setelah aku menghentikan kegiatanku itu,ternyata bulek iroh malahan berusaha memberikan peluang yang lebih luas lagi untukku.Tapi tak lama berselang, kurasakan Bulek Iroh yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja,seperti tengah mendapatkan sebuah kesenangan yang luar biasa dari yang aku kerjakan saat itu, satu tangannya menekan kepalaku disertai dengan suaranya yang panjang. Setelah itu perlahan-lahan melemah, kemudian terhenti, hanya nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan melemahnya gerakan Bulek Iroh, aku pun menghentikan kegiatanku itu pada Bulek Iroh. Setelah merasa pulih, Bulek Iroh lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bulek Iroh lalu mendekat kedepanku,dan aku sambut bulek iroh dengan kasih sayangku yang tulus,bukan modus,hehehe.Aku dan Bulek Iroh selanjutnya menuju ke menu utama hidangan di pagi yang indah itu.Bulek Iroh lalu menempatkan diri diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sehingga menampilkan pemandangan yang sangat memukau bagiku. Segera saja aku ambil suguhan itu sebelum keduluan leler he….he…he.untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan Bulek Iroh itu cukup kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup.Aku dan Bulek Iroh lalu berganti posisi di lantai dapur.Ketika aku rasakan saat-saat menuju puncak itu sudah semakin dekat aku semakin memacunya dengan cepat,begitupun bulek iroh.Setelah beberapa kali gerakan yang agak keras, akhirnya aku pun sampailah yang disusul oleh bulek iroh,aku dan Bulek Iroh pun mengahirinya dengan sangat lega dan bahagia pagi itu.Ternyata cucuknya Bulek Iroh tinggal lama dirumahnya itu,karena dia sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan keinginanku sama Bulek Iroh yang tidak dapat tersematkan. Akhirnya aku pun tak bisa bertahan dengan keadaan itu, suatu sore, ketika Bulek Iroh hendak mandi dan cucunya sedang main di depan rumah, aku hentikan langkah Bulek Iroh di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan kemauanku itu pada Bulek Iroh.

“Bulek, saya sudah kangen nih…”bisikku pelan pada Bulek Iroh. “Sabar dong sayang, kamu kan tahu sendiri kondisi saat ini ? Bulek juga sama, sudah kangen, tapi ya gimana lagi ?” Jawab Bulek Iroh.

“Tuh kan Bulek juga sudah kangen, ayolah Bulek, sebentar saja” Desakku.

“Iya juga sih, tapi nggak ada kesempatannya,karena cucunya Bulek itu lho, maunya sama Bulek terus…”sahutnya. “Bulek, gimana kalau nanti malam…? setelah dia tidur Bulek pura-pura saja sakit perut, atau setelah semuanya tidur Bulek nanti ke sini”usulku. “Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana ?” Kata Bulek Iroh Khawatir. “Kita kan tidak di kamar mandi bulek ?”jawabku.

“Habis dimana…?, di kamarmu….?” Tanya Bulek Iroh lagi. “Ya nggak lah bulek,itu sih resikonya sama, disitu saja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu” Kataku sambil menunjuk ke tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita. “Ya sudah deh kalau gitu, nanti malam Bulek coba kesini, sudah ya nanti ada yang melihat” Jawab Bulek Iroh setuju. Saat Bulek Iroh berlalu, setelah melihat keadaan di dalam rumah Bulek Iroh sepi, aku sempatkan untuk isengin dia. Bulek Iroh hanya bersuara pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi. Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun aku matikan.Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas aku dengar pintu belakang rumah Bulek Iroh di buka, segera aku intip dari celah jendela, seperti yang aku harapkan, terlihat memang Bulek Iroh yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bulek Iroh langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya dengan melangkah secara berhati-hati.

Setelah berdekatan, aku dan Bulek Iroh langsung memulainya,karena memang baik aku maupun bulek iroh ini,semakin hari bukannya merasa bosan tetapi malah sebaliknya,kami berdua sama-sama semakin keterusan.Ditengah malam yang sunyi itu ditemani suara-suara jangkrik dan belalang yang bersahutan aku dan bulek iroh dengan penuh semangat dan kasih sayang saling mengobati kerinduan yang ada.Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Bulek Iroh berdiri menyender di dinding dan setelah dirasa posisinya pas, mulailah acara kami berdua itu dan ternyata dengan suasana yang seperti itu sensasinya sunggug terasa sangat luar biasa bagi kami berdua. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bulek Iroh tetap saja semangat.Aku dan Bulek Iroh menjadi lebih bersemangat untuk segera menuntaskannya karena takut keburu ada yang datang. Dan Akhirnya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bulek Iroh sama-sama telah sampai ke ujung cerita indah malam itu.Aku dan Bulek Iroh sama-sama terdiam dengan nafas yang saling berkejaran. “Ternyata mengasyikkan juga ya sayang….dalam suasana begini ini ?” Bulek Iroh berbisik pelan di telingaku. “Iya Bulek” Jawabku singkat. “Besok malam gimana Bulek ?” Tanyaku.

“Gimana besok saja deh,,,, kita cari cara yang lain, sudah ya Bulek mau masuk dulu” Jawab Bulek Iroh.

“Sebentar Bulek…” Cegahku sambil melakukan satu gerakan. “hmmm….. kamu ini nggak ada bosan-bosannya ya…?“Sahut Bulek Iroh mah-nja.setelah itu Bulek Iroh pun berjalan menuju pintu masuk rumahnya, aku mengikutinya dari belakang,Setelah itu Bulek Iroh pun masuk ke dalam rumah.Hubunganku dengan Bulek Iroh terus terjadi dan kian lama aku rasakan kian menjadi saja hingga kalau tidak ada halangan, bisa tiap hari aku dan Bulek Iroh melakukannya. Apa yang selama ini aku lakukan dengan Bulek Iroh itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku mulai kerja, karena aku tetap tinggal di rumah Bulek Iroh. Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bulek Iroh untuk memberikan nafkah bathin itu pada Bulek Iroh, entah kenapa aku tak pernah bosan dengan Bulek Iroh, dan sebaliknya Bulek Iroh pun dengan senang hati tetap menyambutku dengan penuh suka cita.

SEKIAN & TERIMA KASIH ! NANTIKAN TERUS KISAH SERU DAN MENARIK LAINNYA !

cerbung Bulek Ida Yang Awalnya Malu Ternyata Penuh Kejutan

Akhirnya setelah melalui berbagai macam kendala dalam perjalanan ke rumah saudara yang mengadakan resepsi pernikahan itu….aku,tante tari,dan mamie sampai juga ditempat tujuan.Lagi-lagi disinilah aku mendapatkan kesempatan yang tak terduga bersama bulek Ida,mari ikuti perjalanku ini selengkapnya…! Hari itu sekitar jam 2 siang aku mendapat tugas pergi ke rumah bulek ida untuk mengambil pesanan tiga pasang pakaian batik, untukku dan untuk tante tari serta mamie, karena sudah kebiasaan di kota itu bila ada resepsi pernikahan atau acara hajatan lainnya, para tamu undangan maupun Para penerima Tamu, selalu mengenakan pakaian khas Jawa, yakni pakaian batik.Oh iya….setelah kami sampai dirumah saudara itu mamie dan tante tari di berikan kamar di rumah saudara yang punya acara,sedangkan aku mendapatkan tempat untuk istirahat di rumah lain yang hanya ada satu kamar saja,karena rumah itu dalam tahap renovasi.aku pergi dengan mengendarai mobilku ke rumah bulek Ida.Sesampainya di pekarangan rumah yang agak luas dan rimbun oleh pohon mangga dan rambutan, sehingga suasananya terasa sejuk.aku melangkah menuju rumah yang tampak sepi dengan daun pintu yg tertutup rapat, jangan-jangan tak ada orang di rumah ini…? pikirku dalam hati.

 

“Bulek ida……!”panggilku, Tetapi tidak ada jawaban, aku coba putar grendel pintunya.

“Lho…kok gak terkunci…apa pada tidur.. ya ? tanyaku dalam hati.terus aku dorong daun pintu itu, dan aku pun terus masuk menuju ke belakang, karena kamarnya ada paling belakang, karena waktu ditelpon tadi,bulek ida bilang pakaiannya di simpan di meja kamarnya.Ada 3 kamar di rumah ini, saat aku melintas di depan pintu kamar yang tertutup rapat,aku dengar suara cekikikan seorang wanita…aku sejenak menghentikan langkahku, dan dengan pelan-pelan aku dekati pintu kamar itu, untuk sekedar ingin tahu siapa yang ada di dalam kamar itu.Kudekatkan kupingku ke pintu kamar itu…hening sejenak…namun tak berapa lama terdengar suara yang begitu mah-nja seorang wanita yang tak begitu jelas suaranya.

“Lagi pada ngapain mereka…?” Naluriku sebagai seorang lelaki yang telah mengalami hal itu pun, meyakini bahwa di kamar itu telah terjadi adanya kegiatan antara seorang wanita dan pria.Aku jadi semakin penasaran, siapa yang tengah bersenang-senang di siang hari gini…? Aku coba menempelkan sebelah mataku di lubang kunci, Ya Tuhan…!

Spontan jantungku jadi berdegup kencang ketika menyaksikan pemandangan yang terjadi di kamar itu.Jantungku makin berdegup kencang…kulitku serasa merinding semua…terus terang…aku jadi terpancing juga saat melihat pemandangan di depan mataku itu.Mataku aku picingkan lagi makin menempel pada lubang kunci itu. Aku jadi kaget setengah mati, saat tahu yang tengah berada di kamar itu adalah Bulek Ida dengan seorang pria yang tidak aku kenal.Padahal setahuku bulek ida itu kan sudah lama menjah-nda ? Setelah aku lihat mereka sudah selesai,aku pun cepet-cepet melangkah dari situ dengan sedikit berjinjit menuju pintu keluar. Kututup rapat pintunya, dan aku stater mobilku sekalian membunyikan klakson, agar disangka mereka aku baru datang.dengan begitu aku harap mereka bisa dengar dan segera berpakaian. Aku tidak buru-buru mengetuk pintu, karena aku tahu mereka butuh waktu untuk berbenah kembali.Aku pura-pura membuka pintu belakang mobilku, seolah tengah mencari-cari sesuatu. “Bulek…”panggilku seraya aku ketok pintu rumah itu berulang-ulang. “Ya…” sahut bulek aku dari dalam, tak lama kemudian bulek ida pun membuka pintu rumahnya. Kulirik sekilas,Bulek hanya mengenakan atasan kaos, dan span putih, mungkin karena terburu-buru. “Eh…Haris…kapan datang…?”tanya Bulek Ida. “kemarin Blek…?” sahutku. “sendirian saja kamu…?”lanjutnya. “Iya…Bulek,aku cuma mau ngambil batik”ucapku menjelaskan maksud kedatanganku itu.Selanjutnya Bulek mengambilkan batik yang aku maksudkan itu.Setelah batik itu diserahkan padaku aku pun mencoba mencari cara untuk bisa berduaan dengan bulek ida,selanjutnya aku berkata, “Nanti bisa tidak bulek masakin yang enak,soalnya haris kan tinggal di rumah yang direnovasi itu sendiri ?” tanyaku pada Bulek Ida,sambil kulirik dia, pikiranku jadi aneh…dan tak karuan setelah tadi aku lihat livenya Bulek ida itu. “Aku tunggu ya bulek…?”lanjutku. “oke….ntar bulek antar kesana kalau sudah mateng ya haris…” jawabnya. “Ya sudah bulek kalau gitu haris pulang dulu…” Jawabku sambil keluar dari rumah itu.Sekitar jam 4 sore, aku dengar suara mesin motor berhenti di depan rumah yang aku tempati saat itu, yang itu motor bulek ida.Saat itu aku baru selesai mandi dan masih berhanduk.Aku benar-benar terobsesi dengan bulek ida,karena terus terang saja, setelah melihat kejadian tadi siang itu… aku pun jadi terpancing dan belum sirna sampai sekarang, bahkan aku juga punya ide gila untuk bisa memancing keinginan bulek ida.Aku keluar kamar mandi dengan berhanduk kecil dan menemui bulek ida. “masuk bulek…” kataku mempersilahkan.“Ayo bulek kita makan sama-sama saja sekalian ya”ajakku.Bulek Ida pun melangkah masuk dan mempersiapkan segalanya.keinginanku saat itu terasa semakin menuntut penyelesaian, akal sehatku telah tertutup oleh keinginan yang menguasaiku.sementara bulek ida mempersiapkan hidangan aku pun melangkah menuju tas pakaianku dan berganti.Aku masih memikirkan cara untuk memancing keinginannya.Ada dorongan yang kuat dari dalam jiwaku tanpa mengindahkan rasa malu dan etika. Setelah itu aku dan Bulek Ida pun menyantap masakan yang dibawanya itu. “Makasih ya bulek, sudah mau masakin buat Haris”ucapku. “Iya haris,mumpung kamu sedang ada disini,kan jarang juga kamu itu datang berkunjung ke sini ?”sahut bulek Ida. “Bulek gak buru-buru pulang kan…?”tanyaku setelah acara makan bersama itu selesai.

“Kenapa emangnya Haris...?”bulek ida balik bertanya. “Tolong kerikin Haris ya…kayaknya masuk angin ini” kataku mulai mencoba cari cara agar bisa lebih dekat lagi untuk sekedar melihat reaksi bulek ida.Apalagi sering aku baca dari cerita-cerita romantis di channel imajinasi tv, cara itu biasanya akan lebih memungkinkan untuk dapat membuka peluang kearah itu.karena diawali dari persentuhan dua kulit yang berbeda tentu akan menimbulkan suasana yang berbeda dan romantis tentunya.

“Ya sudah sini…mau pake apa kerokannya…?”tanya bulek ida lagi. “Pake body lotion saja bulek”sahutku.Setelah aku berikan uang logam dan body lotion ke bulek ida,Aku pun bersiap untuk proses kerokan itu.tetapi dalam hatiku tengah bergemuruh memikirkan langkah apa yang harus aku lakukan untuk menggiring Bulek Ida saat itu kearah yang aku inginkan.“Dikerokin apanya Haris…? lehernya apa punggungnya..?” tanya bulek ida sambil duduk di belakangku. “Semuanya Bulek…punggung dan leher sekalian…”jawabku. “Nggak sekalian pijet… biar komplit…?” tanya bulek ida dengan nada canda. “Kebetulan itu…bulek kalau mau…kebetulan nih badan pegel banget…”sahutku. “Tuh kan… jadi nambah lagi…?”ucap bulek ida dengan tertawa kecil. “Habis…bulek nawarinnya sih,he he he...”jawabku santai. “Iya dehh… tapi kerokannya sambil duduk apa sambil tiduran ini ?” tanya bulek ida.

“Kalau mau terus dipijit sih enakan sambil telungkup saja kayaknya…” kataku sambil melepas kaosku.Hatiku jadi tak karuan sendiri… menanti tangan bulek ida yang akan melakukan kerokannya sekaligus pijat sesuai tawaranya itu. “Jangan keras-keras ya Bulek… asal dikerok saja..” pintaku padanya.Bulek Ida tak menjawabnya,tetapi tangannya mulai mengerik punggungku mulai dari bahuku. “Sudah lama nggak pernah ketemu kamu…ternyata sekarang sudah banyak ya perubahan padamu Haris ?”ucap bulek ida. “Jangan ngeledeklah bulek…padahal sekarang jadi banyak dakinya kan..?”ucapku. “Tidak kok Haris,beneran kamu tampak makin keren kok…” kata bulekku sambil tangannya terus mengerik punggungku dari tengah ke samping.Semakin lama kerikan di punggungku seolah hanya sebuah elusan saja.Aku pun jadi lebih banyak diam.“Nah…disitu agak pegel-pegel Bulek…” Kataku. Tetapi bulek ida tak menyahut,mungkin karena sedang konsentrasi menjalankan pekerjaannya itu.Jantungku jadi berdegup lebih kencang. Semakin lama aku pun semakin tak sabar lagi,aku pun dengan cepat berbalik dan menatapnya,dan berkata, “Bulek….sebenarnya saya tadi siang melihat bulek tengah melakukannya lho di kamar”ucapku. “Maksud kamu Haris ?”tanya bulek ida tampak kaget.”Iya Bulek,sebenarnya aku sudah melihat semuanya”lanjutku. “Haris….tolong jangan sampai ada yang tahu akanhal ini ya”pinta bulek Ida dengan muka yang tampak panik. “Iya bulek,tenang saja….tapi ya ada syaratnya lho “lanjutku.”Apa pun syaratnya bulek akan ikuti haris”sahutnya. “jadi begini Bulek,setelah apa yang Haris lihat tadi siang itu terus terang haris jadi juga ingin mengalaminya”jelasku. “Maksudnya gimana Haris ?”tanya bulek ida bingung. “Jadi begini bulek….aku mau bulek juga memberikan kesempatan itu pada haris”ucapku.Mendengar itu bulek ida tampak sedikit berfikir,sebelum akhirnya berkata, “Haris beneran mengharapkan itu dari bulek ?”tanya bulek ida pelan. “Iya bulek”jawabku memastikannya.”Kalau memang itu yang haris inginkan baiklah”ucap bulek ida seraya berdiri untuk mempersiapkan diri.Selanjutnya bulek ida pun mempersilahkanku untuk memulainya.Tanpa membuang kesempatan yang ada,aku pun segera mempraktekkan semua pengalamanku selama ini yang sudah begitu banyak tahu daerah mana saja yang ada pada seorang wanita yang akan dengan mudah timbul keinginannya.Ternyata benar saja setelah hal itu aku lakukan pada bulek Ida,tidak lama berselang bulek ida pun memberikan respon yang sangat baik dengan memberikan balasan atas apa yang aku lakukan dengan bersemangat sekali.Sore itu pun aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan dari bulek ida.

“Maaf ya bulek…”ucapku. “Gak usah minta maaf…kita jalani saja kalau memang kita suka”ucap bulek ida penuh kasih sayang. “Kalau begitu nanti diterusin lagi ya bulek….bulek tidur di sini saja, sambil nemenin Haris”pintaku. “Kalu gitu sih…bulek nggak mau… nggak mau nolak…maksudnya…he he he”jawab bulek Ida.Akhirnya hari itu bulek setuju untuk menginap dirumah dimana aku tinggal.Selepas maghrib, suasana terasa sepi, hanya suara jengkrik dan binatang-binatang malam yang terdengar mendendangkan nyanyian-nyanyian alam diiringi angin semilir berhembus menerpa daun-daun bambu gemerisik di belakang rumah. Bulan sabit tampak menggantung mengintip dari balik jemari ranting pohon akasia, menghiasi malam yang kian sunyi.Setelah selesai makan, kami mengobrol sambil nonton tv di ruang tengah, diiringi canda tawa.Bulek Ida tampak tak sabar menunggu saat-saat pelayaran mengrungi samudera cih-nta,begitu juga denganku ingin segera menyambutnya.tangan bulek Ida sedari tadi memang tak mau diam.sehingga membuatku semakin terpancing.Kaos yang aku pakai ditariknya.Selanjutnya aku ambil inisiatif untuk membuat bulek ida supaya semakin besar keinginannya.Sekitar 10 menitan bulek ida pun memintaku untuk segera menuju ke tujuan yang sebenarnya,karena aku juga sudah menginginkannya maka segera aku mengikuti apa yang bulek ida inginkan itu.Sungguh aku dibuatnya tak bisa untuk lebih lama lagi dalam menerima persembahannya itu. Tak seperti biasanya malam itu aku begitu mudahnya dalam mendapatkannya. Mungkin dikarenakan aku yang sedang tidak dalam kondisi fit,atau juga memang karena apa yang aku peroleh dari bulek ida ini memang sungguh luar biasa. akhirnya kepalaku terasa pening, pandangan mataku mengabur dan tak mampu lagi untuk terbuka…kernyit dahi dan mataku terpejam rapat menghiasi raut wajahku mengiringi lepasnya air yang tak mampu lagi aku bendung,dan untunglah sedetik kemudian bulek ida pun menyusulku sehingga tidak ada rasa kecewa diantara kami berdua saat itu.Seketika bulek ida mengeh-jang…kemudian terdiam akibat apa yang barusan kita lalui itu, terasa begitu indah tiada bandingannya…. sungguh sensasi yang menurutku luar biasa banget saat itu. “Gimana bulek… cappek…?” Tanyaku sambil aku tatap matanya. “Capeekk… tapi bulek bahagia banget…inilah yang selama ini bulek cari-cari” jawabnya sambil tersenyum. “Maksud bulek…?” tanyaku. “Selama ini apa yang bulek lakukan tidak pernah sampai seperti saat sama kamu haris” Jawab bulek ida tampak jujur. “Artinya…?”tanyaku. “Artinya baru kamulah yang mampu memberikan kebahagiaan itu sama bulek”ucapnya dengan tersenyum manis sekali. “Kalau begitu selama haris belum pulang, bulek mau kan temenin Haris”tanyaku. “memang itu yang bulek mau Haris !” jawabnya dengan senyum senang.Tak selang berapa lama, karena kami tetap saling berusaha memberikan pancingan, akhirnya keinginan kami berdua pun bangkit kembali. Dan tentunya acara malam itu pun jadi lebih seru, bebagai cara dan tempat kami coba, serta durasinya jadi lebih lama dari pertama tadi.Selama aku belum balik ke kotaku,bulek ida tidak pernah merasa bosan untuk meminta jatahnya disetiap ada kesempatan.Sehingga disaat aku dan tante tari serta mamie harus pulang,tampak bulek ida sangat sedih ketika perpisahan itu.Itulah kenangan yang aku dapatkan ketika menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu family kami di luar kota,semoga kali ini tidak nyasar lagi seperti waktu kami berangkat.Nantikanlah kisah apa lagi yang akan aku lalui selanjutnya ya guys….!

NANTIKAN TERUS KISAH SERUNYA HANYA YA GUYS !

SEKIAN & TERIMA KASIH ! 


Sabtu, 24 Juni 2023

Mbak Surti Malam Itu Membuatku Tak Berkutik || Cerpen Romantis

Dalam kesempatan yang berbahagia ini aku ingin berbagi kisah yang aku alami dengan mbak surti pembantuku  yang telah menjah-da.Kesempatan pertamanya aku dapatkan saat papa dan mamaku sedang pergi keluar kota untuk menghadiri acara resepsi pernikahan saudara.Dan inilah cerita selengkapnya….!Aku merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang sekarang berumur 21 tahun…dikeluargaku punya seorang pembantu yang cantik namanya Surti, yang sampai sekarang masih setia ngabdi di keluargaku semenjak masih gadis hingga sudah menikah dan kemudian cerai dengan suaminya. pembantuku itu tingginya kira kira 160 dan berkulit putih….karena pembantu aku ini orang asal Kota Bandung,umurnya sekarang kira- kira 29 tahun.aku kalau lihat dia lagi ngepel biasanya langsung otomatis timbul keinginanku,apalagi kalau mengeliat saat keindahan gunung kembar itu seakan memaksa keluar dari celah bajunya. Terkadang di pikiranku terlintas pemikiran kapan ya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa menuntaskannya dengan pembantuku yang adu-hai itu…? Pernah suatu hari aku lagi mau ganti baju di dalam kamar,waktu itu aku lupa ngunci pintu kamarku…tiba tiba saja aku dikagetkan oleh kedatangan pembantuku masuk ke kamarku tanpa ngetuk -ngetuk pintu dulu, mungkin dia pikir karena sudah lama kerja sama keluargaku dan sudah kenal aku dari aku masih kecil dulu.

“Eh…,lagi ganti baju ya…mas bejo ?” kata pembantuku saat buka pintu kamarku tanpa ada rasa bersalah ataupun malu sedikitpun saat lihat aku dalam keadaan seperti itu. “Mbak, ketok dulu dong kalau mau masuk kamar Bejo…” celetuk aku sama dia. “Emangnya kenapa sih Mas, saya kan sudah lama kerja di keluarga mas Bejo…? Lagian kan waktu mas masih kecil mbak itu kan sudah pernah lihat…?” Kata mbak Surti padaku dengan acuh saja. “Mbak…..itu kan dulu, waktu saya masih kecil….? Sekarang kan saya sudah besar… ? Mbak memang gak malu yah misalkan lihat saya tanpa apa-apa…?” celetuku asal keluar dari mulut. “Iiiihhh….malu gapain…lagian saya juga gak mau lihat kok…yah sudah sana kalau mau ganti baju, mbak mau beresin kamar kamu nih yang berantakan mulu tiap hari kayak kandang sapi…hi hi hi”ucap mbak surti sembari senyam-senyum.Karena dia menjawab dengan rasa yang tidak keberatan kalau aku pun ganti baju disaat ada dia. Tanpa sengaja aku tangkap lirikan matanya yang memandang ke arakku. “Nah…tuh kan ngeliatin mulu…? katanya tadi mbak Surti gak mau lihat,tapi buktinya sekarang lihatin mulu…?”ucapku. “Siapa yang lihat…orang saya lagi beresin sprei yang berantakan ini kok…?” bantah dia karena malu mungkin.Akhirnya aku tinggal dia yang sedang beresin kamar aku yang berantakan itu.ketika aku ada di luar aku jadi teringat gimana ya caranya buat bisa mengajak pembantuku yang cantik lagi menarik ini… ? dan aku rasa dia juga kayaknya penasaran juga sama yang ada padaku yang ge-de ini…buktinya beberapa kali aku pergokin dia ngelirik terus kearah aku itu.

Pada akhirnya kesempatan itu pun datang juga untukku dengan mbak surti,dimana kesempatan emas itu datang Pas di hari libur, yaitu di hari minggu itu keluargaku pada pergi ke rumah kerabatku yang mau nikahin anaknya.

“Bejo… kamu mau ikut gak. Mama dan juga semuanya mau pergi ke pesta pernikahan anaknya tante Am di Bandung…?” Tanya Mamaku. “Kapan pulangnya Ma,…?” Jawab aku sambil ngucek -ngucek mata karena baru bangun tidur. “Mhhhmmm,…mungkin 2 hari deh baru pulang dari Bandung, kan capek,kalau harus langsung pulang…? kamu tanya kapan pulangnya kamu mau ikut gak…? atau mau di rumah saja ?” tanya mamaku lagi. “Kayaknya dirumah saja deh Ma… abis capek ah.. jauh… lagian besok Bejo ada acara sama teman -teman Bejo” jawabku seraya kembali membenamkan kepalaku kembali ke bantal.

 

“Ya sudah… mama mau berangkat dulu, kamu baik- baik ya jaga rumah… kalau mau apa -apa minta saja sama Mbak Surti yaa…?”pesan mamaku. “Surti… Surti… Surti…!” panggil Mamaku .

“Iya Nyah…Maaf saya lagi nyuci. Kurang denger tadi Nyonya panggil saya. Kenapa Nya…?” Jawab Mbak Surti,Saat datang dari belakang yang ternyata sedang cuci baju. baju yang dikenakan sebetulnya tidaklah menarik, namun karena terkena air sewaktu mencuci menjadikan bagian indahnya itu semakin memberikan panorama yang begitu membangkitkan obsesiku padanya. “Surti… kamu jaga rumah ya, selama saya dan tuan pergi ke Bandung”pesan mamaku. “Iya Nyah…” jawabnya.

Setelah beberapa jam lamanya keberangkatan mamaku… akhirnya Aku keluar dari kamar tidurku hendak buang air kecil. Perlu di ketahui jarak antara tempat pembantuku nyuci sama kamar mandi deket banget… waktu aku jalan ke kamar mandi, aku lihat pembantuku yang lagi nyuci baju dengan posisi duduknya yang membuatku menahan nafas sejenak,karena saat itu aku mendapatkan suguhan yang amat indah. “Anjriiis, putih juga nih pembantuku meskipun sudah jah-nda anak satu tapi, kayak wanita yang belum pernah sama laki -laki saja”ocehku dalam hati, sambil buang air itu aku terus saja ngelirik ke suguhan dari mbak surti itu.bahkan saat itu juga aku sambil mikir gimana caranya buka omongan sama pembantuku itu, biar aku bisa agak lamaan lihatinnya…? pantesan banyak tukang sayur selalu suka nanyain Mbak Surti mulu kalau tiap pagi.

“Mbak gimana kabar Ami, sekarang sudah umur berapa…? Dan kenapa Mbak Surti kok bisa sampai cerai sih sama suaminya ?”Iseng aku tanya seputar hubungan dia sama mantan suaminya yang sekarang sudah cerai, dan kenapa bisa sampai cerai…? gugup juga sih aku waktu itu. “Kok tiba -tiba mas Bejo tanya tentang itu sih sama Mbak…?”sahut mbak surti sedikit heran. “Gak papa kan Mbak… ?”tanyaku balik.

“Ami sekarang sudah umur lima tahun, mbak cerai sama suami mbak karena dia itu seorang pengangguran yang maunya enaknya saja. Mau bikinnya tapi gak mau biayain. Ya… lebih baik mbak minta cerai saja kan ? masa sih mbak sendiri yang banting tulang cari uang, sedangkan suami mbak bisanya cuman bangun tidur, makan, main slot sampai subuh… males mas aku punya suami yang pengangguran kayak gitu, lebih baik hidup sendiri… sama saja kok” Jawab pembantuku panjang lebar, seraya tangannya tetap membilas baju yang sedang dia cuci.

Ini dia obrolan yang sebenarnya aku harapkan…agar dengan mudah aku arahkan ke pembicaraan tentang persoalan hubungan suami istri itu.Aku pun melanjutkan obrolan itu, “Lah… bukannya enak kalau punya suami mbak…? daripada gak ada suami ?” “Enak dari mananya Mas…? punya suami sama gak punya sama saja ah…!”sahutnya. “Lah ya pasti beda dong mbak…?”ucapku.

“Beda dari mananya Mas…? coba jelasin, kamu ngomongnya kayak yang sudah pernah ngerasain menikah saja Mas…?” tanya pembantuku sambil tertawa kecil. “Ya beda lah mbak,dulu kalau masih ada suami kan kalau lagi mau tinggal minta sama suami mbak…? kalau sekarang sudah cerai pas mbak lagi mau… mau minta sama siapa…?” Jawabku sambil mengarahkan kalimat -kalimat yang aku tuju ke hal yang aku inginkan sebenarnya.

 

“Maksud mas Bejo apa sih…? mau apa itu….? Ngomongnya jangan bikin mbak bingung dong Mas…”sahutnya. “Gini mbak, maksudnya apa mbak gak pernah mau atau kangen sama ini nya laki -laki…?” waktu aku ngomong gitu sambil aku tunjukin dikit apa yang aku maksud itu.

“Itu bagus banget Mas…? punya mantan suami mbak sih gak sebagus itu…” Jawab mbak Surti sambil pandangannya tidak berkedip. “Kangen gak sama ini mbak…?” tanyaku kembali yang sempat membuyarkan pandangan mbak Surti itu.

“waduh mbak gak tahu deh Mas…”sahutnya dengan malu-malu. “Lho…Saya kan cuman tanya apa mbak gak kangen sama yang kayak gini ?” Padahal didalam hati aku sudah tahu keinginan dia yang sebenarnya setelah mbak surti melihatnya itu.

“mmmmhhhhh… maksud mbak Surti sih… yah ada sih rasa kangen itu… tapi kadang -kadang mbak tahan saja, abis mbak kan sudah cerai sama suami… ?” jawab mbak Surti yang kelihatan di pipinya merona karena merasa jawabannya ngawur dari apa yang aku tanyain ke dia. “Mbak… boleh gak saya…..?”tanyaku nekat. “Lah… Mas bejo kok mintanya sama mbak sih…? minta sama pacar mas Bejo lho…..masak minta sama mbak…?”ucapnya dengan semakin malu malu tapi mau.

“Ya… gak papa sih, saya maunya sama mbak Surti saja,biar saya tahu gimana sih sensasinya kalau sama yang sudah pernah punya anak…? boleh ya mbak…?” kataku sambil mendekatinya.

“memangnya kamu gak malu kalau melakukannya sama mbak…?” jawab mbak surti sambil merubah posisi duduknya dan ngelepasin baju yang sedang dia bilas itu

“Ya gak lah mbak, kan gak ada yang tahu… lagian kan sekarang gak ada orang selain mbak Surti sama saya di rumah ini ?” jawabku untuk meyakinkannya, biar dia mau kasih yang aku inginkan.

“Tapi jangan keterusan ya… terus mas mau di apain sama mbak…?”ucapnya tampak setuju dengan apa yang aku maksudkan.Mendapatkan lampu hijau itu aku pun segera saja menjulurkan tangan kananku untuk mengajaknya menuju ke kamar tidurku.Mbak surti menyambut uluran tanganku itu dan mengikuti langkah kakiku.Sesampainya di kamar tidurku aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan ternyata mbak surti memberikan sambutannya dengan sangat antusias.Aku tentu saja semakin bersemangat untuk membawa mbak surti menuju sebuah puncak yang indah melalui yang namanya jalan surga dunia itu.Ternyata apa yang aku dapatkan dari mbak surti sungguh sangat luar biasa.

” Mas….sekarang kamu mau ngapain saja mbak ikutin…” kata mbak Surti sambil mempersiapkan membuka jalan itu seluas-luasnya,sehingga saat itu tampak pemandangan yang luar biasa indahnya.Mengetahui aku yang masih sedikit bingung,mbak surti segera menariknya dan mengarahkannya pada tempat yang semestinya dengan perlahan.Ternyata apa yang terjadi saat itu juga membuat mbak Surti sendiri merasa kesenangan,yang kelihatan dari dia yang selalu mengeluarkan suara manjanya. Cukup lama juga aku dan mbak Surti menjalani proses yang sangat menyenangkan itu.

”Mbak…suka gak…?” tanyaku sama mbak Surti. ”suka… Mas….jangan brenti…ya”pintanya.

”kapan saja Mas mau… mbak akan siap”lanjutnya.

Mendengar seruan-seruan mbak Surti itu aku pun menjadi semakin bersemangat dan segera mempercepat pergerakkanku.Hingga akhirnya mbak Surti berhasil mencapai puncaknya.Dengan keadaannya yang telah lunglai, mbak Surti tampak seperti orang yang lemah tak berdaya. Namun aku tetap gak berhenti,tetapi malah semakin lama semakin cepat. Tiba tiba aku ngerasain sesuatu yang akan segera menerobos benteng pertahananku. ”Mbaaaak…!” Seruku disaat itu.akhirnya aku tersenyum penuh kebahagiaan. Hari itu gak pernah aku sia-siakan sedikitpun kesempatan yang langka itu mumpung aku dan mbak surti hanya berdua saja dirumah itu.setiap saat aku mau, langsung aku samperin saja mbak Surti. Saat mbak Surti lagi ngegosok baju misalnya, tiba tiba aku samperin dia dari belakang dan langsung memintanya pada mbak Surti dalam keadaan berdiri. Hari-hari yang sangat indah, selama beberapa hari aku selalu mendayung bersama mbak Surti dengan berbagai cara. Mbak Surti pun gak pernah menolak saat aku membutuhkannya karena dia juga sudah keterusan denganku.

Sering kali malam-malam mbak Surti suka mengendap-ngendap untuk masuk ke kamarku untuk melepaskan semua keluh kesahnya itu biasanya sampai menjelang subuh dia baru keluar dari kamarku itu.Baik aku mau pun mbak surti sama-sama suka akan hal itu,sehingga siapapun yang merasa membutuhkan duluan tinggal kasih kode,dan selanjutnya kami berdua pun mencari-cari kesempatan biar tidak sampai ketahuan oleh mama dan papaku.Entah sampai kapan hubungan itu akan terus berjalan,karena saat cerita ini aku coret-coret untuk aku bagikan hubungan indahku itu masih berlanjut.Demikianlah kisahku dengan mbak surti pembantuku yang lama menjah-nda.Sekian & terima kasih semoga yang menyimak kisahku ini yang sakit cepat sembuh dan sehat kembali,yang jomblo lekas dapat pasangan,yang cerai bisa rujuk kembali dari pada pasangannya sama orang lain,he he he……aminnnnn !

Sampai jumpa lagi di kesempatan yang lebih menyenangkan tentunya !


Malam Itu Haris Mendapatkan Apem Tembem Asih Dan Ibunya || Cerpen Romant...

Karena malam itu aku merasa tidak nyaman, aku pun memutuskan untuk keluar dari gubuk itu untuk mengobrol dengan Pak Simo. Aku kemudian memulai percakapan basa-basi dengan pak simo. Hingga pada akhirnya sampailah ke percakapan yang mengubah hidupku. “Kalian gak mungkin bisa keluar dari hutan ini ” ujar Pak Simo mengagetkanku. ”Maksud bapak ?”tanyaku penasaran. “Kamu pasti sadar kan ? Kendaraan kalian ada di tengah hutan, bukan di atas jalan” jawabnya dengan suara parau dan datar.Aku mulai bergidik mendengar penjelasannya itu. ”Ada kekuatan gaib yang membawa kalian ke sini, makanya saya bilang kalian harus kulo nuwun kalau melewati hutan ini” ujarnya lagi membuatku kian memucat.

“Terus kami harus bagaimana pak ?” tanyaku setengah bergetar. “Kalian saat ini berada 15 km dari jalan, mau lewat jalan kaki pun butuh seharian, itupun kalau kalian tidak kesasar” ujarnya lagi. “Terus kenapa bapak bisa tinggal di sini ?’’ tanyaku. “Hmm… ceritanya panjang, tapi katakanlah ini adalah hal turun -temurun yang harus kami lakukan, dan katakanlah musuh kami itu banyak sehingga harus tinggal di sini”jawabnya sambil menghisap lintingan roko’ nya itu dalam-dalam. “Terus bapak bisa bantu kami keluar dari sini ?’’ tanyaku setelah terdiam beberapa saat. “Dengan satu syarat ” jawabnya. “itupun jika kamu mau” lanjutnya lagi. “Hmmm… asal gak memberatkan saya mau pak, kami juga bawa uang yang cukup lho pak” ujarku terbata-bata. “Kami biasa hidup tanpa uang nak, kami tidak butuh uang kalian” ujarnya dengan mimik misterius. “Terus saya harus bagaimana pak ?”tanyaku setengah mengharap.

”Hmmm… kita akan melakukan beberapa permainan yang menyenangkan. Nah, empat wanita itu syaratnya” jawabnya tegas. “Maksudnya pak ?” tanyaku semakin penasaran. “Dari tadi saya perhatikan kamu selalu menatap anak dan istri saya ”ujarnya. Wah, berabe juga kalau aku harus menikahinya walau memang aku akui mereka cukup manis. “Sampeyan suka mereka ?”tanyanya.

”Ya suka sih pak, tapi…?”belum selesai aku menjawab,tapi sudah disanggah oleh lelaki tua itu.

“Saya gak meminta kamu menikahi anak saya”sahutnya seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan.

”Terus bagaimana pak ?” tanyaku lagi. “Sampeyan mau bersenang-senang dengan Asih sama istri saya malam ini ?”tanyanya dan membuatku seolah terloncat dari kursi reot itu.Dalam hati sebenarnya di usia remaja yang sarat hormon ini, aku ingin sekali melakukannya apalagi malam itu sedang turun hujan,tetapi aku merasa tidak tega juga sama mamie dan tante tari kalau harus dengan bapak tua itu.

“Tapi pak, bagaimana dengan mamie dan tante saya ?” Tanyaku. “Sebagai sesama lelaki…”dia menghisap dalam-dalam roko’ nya lalu menoleh ke dalam, ke arah dipan di mana mamie ku dan Tante tari tidur. ”Mereka cantik-cantik dan menarik, apakah sampeyan keberatan kalau saya dengan mereka ?’’sahutnya.

Aku tentu saja kaget dan merinding, pertanyaannya bagaikan guntur yang tengah menyambar-nyambar di luar   ”Aaaa…” ucapanku terpotong. ”Ya kalau sampeyan keberatan dengan syarat bapak ini silahkan cari jalan keluar sendiri’’ tukasnya. Aku benar-benar dihadapkan pada buah simalakama,tapi mereka berdua adalah keluargaku yang aku sayangi dan cintai. Shit… apa yang harus aku lakukan ?

“Dengan syarat, bapak tidak akan menyakiti mamie saya dan tante saya kan ?” lanjutku.

 

Pak Simo tak berkata apapun tapi langsung masuk ke dalam rumah dan menuju dipan di mana anak dan istrinya tidur dan membangunkan mereka dan berkata, ”Ayo nyambut gawe, kamu senangkanlah mas mu itu malam ini, istriku ayo bantu aku” ujar Pak Simo. Aku pun mengikuti Pak Simo masuk ke dalam.

Tak lama kemudian istri Pak Simo bangkit mengikuti Pak Simo yang berjalan ke arah belakang rumahnya.Asih, anak gadisnya segera mendekatiku dengan wajah tanpa ekspresi kemudian mendorongku hingga terduduk di dipan dan Langsung saja memulainya.Aku sangat gugup saat itu karena ini adalah pengalaman pertamaku dengan seorang wanita yang misterius. Asih melakukannya dengan senyumnya yang juga misterius. Aku pun tidak bisa memungkirinya kalau saat itu dengan cepat aku sudah terbawa suasana romantis yang diciptakan oleh Asih itu, tetapi aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara karena takut mamie dan tanteku terbangun. Asih tampak begitu berpengalaman dan senang sekali mendapatkannya malam itu,sepertinya sudah lama sekali dia tidak mendapatkannya,yah…..siap juga yang akan ke dalam hutan seperti ini kalau tidak karena nyasar seperti aku ini.Pegerakkanku dengan Asih membuat dipan reot ini berderit-derit. Aku sudah tak peduli lagi jika seandainya mamie dan Tante tari terbangun, karena keinginanku sudah berada diubun-ubun.Selintas kulirik mamie dan tante tari yang masih terlelap nyenyak, dada mereka yang penuh itu naik turun seiring tarikan nafasnya. Tiba-tiba aku lihat Pak Simo kembali masuk diikuti istrinya, istrinya membawa sebuah tungku dan kendil kecil, seolah mereka tak memperdulikanku, mereka mendekati dipan yang ada di depan ku, sontak ruangan gubuk itu dipenuhi aroma kemenyan. istrinya lantas berjalan berkeliling memutari dipan mamie dan Tante tari, sementara Pak Simo hanya berdiri sambil komat-kamit seperti membaca mantra.Kemudian Pak Simo duduk bersimpuh di antara mamie dan tante tari, meniupkan asap kemenyan ke wajah mamie dan Tante tari, kemudian memercikan sedikit air pada mereka berdua. Usai melakukan ritual, perlengkapannya kemudian dibawa istri Pak Simo ke belakang. Semuanya tak lepas dari pandanganku. Lagi pula, jarak antara dipan itu tidak lebih dari 1,5 meter saja sehingga aku bisa melihat jelas apa yang ada di dipan sana.Dan inilah saat yang aku tunggu, di seberang sana, dengan perlahan Pak Simo melepaskan ikatan kemben mamie,lalu menurunkannya ke bawah.Setelah itu Pak Simo berjalan ke sisi dipan berikutnya, dengan segera dia juga melakukan hal yang sama pada tante tari.

Anehnya, tidak ada perlawanan dari mamie dan tante tari kala itu. Tampaklah semua keindahan yang selama ini telah di jaga dengan baik oleh mamie dan tante tari itu di hadapan lelaki tua itu.Pak Simo dengan kah-sar mulai mengerjakan apa saja yang dikehendakinya pada kedua orang yang aku cintai itu. Sampai kemudian terlihat tante tari mulai kelihatan bergerak dengan geli-sah, meski mata masih terpejam,tetapi mulutnya mulai mengelarkan suara-suara yang syahdu. Suasana romantis namun penuh mistis yang bercampur dengan magis memenuhi seantero rumah gubug itu, suara rintik hujan dipadu dengan suara syahdu tante tari dan sayup-sayup suara dalang wayang kulit dari radio butut bagai orkestra yang memacu semangat pak tua itu. Tindakan pak simo itu berakhir ketika Tante tari sudah mendapatkannya. Sadar kalau keinginanku semakin meningkat,Asih pun bangkit dan bersiap-siap untuk penyempurnaan. Dengan sabar dia berusaha membuatku benar-benar merasa nyaman dan melayang di malam itu,tentu saja aku tidak tinggal diam.Aku pun memberikan balasan yang mampu membuatnya semakin melayang dan tak sabar lagi.Tetapi disaat aku tengah terlena dengan Asih aku merasa ada yang aneh dan setelah aku lihat ternyata ibunya telah ikut nimbrung membantu Asih.Aku terus saja memberikan balasan pada Asih yang semakin romantis saja malam itu.Bulir-bulir keringat mulai muncul di permukaan kulit kami bertiga, suasana dingin malam itu menjadi hangat. Kemudian aku merasa tidak sabar lagi inginkan diri Asih seutuhnya, tetapi ketika aku ingin bangkit untuk merubah posisiku dapat aku rasakan gerakan Asih yang menolak tindakanku itu.Disaat yang bersamaan, Pak Simo terlihat sudah selesai dengan Tante tari. Pak Simo bangkit berdiri berjalan memutar menuju di mana mamie tidur, meninggalkan Tante tari. Kini giliran ibu kandungku yang akan menerima bonus dari pak simo.pada saat itu pula aku sudah tak bisa berlama-lama lagi dengan ulah ibunya Asih.Sensasinya itu terus berlanjut dan membuatku beneran tak berdaya.Sama seperti Tante tari tadi, kini mamie pun mendapatkannya dari pak simo.Pemandangan itu membuatku yang tadinya layu mulai bangkit kembali secara perlahan. Dan malam itu kejutan belum berakhir, ibunya Asih muncul dari belakangku dan mendekatiku.Malam itu suasana di dalam gubuk di tengah hutan itu semakin romantis walau penuh aroma mistis.Malam itu setelah semuanya berjalan dengan sempurna aku rasa.aku pun segera bertanya pada pak simo, “Bagaimana pak ?” Tanyaku. “Bagus…tetapi syaratnya masih belum selesai, masih ada acara yang lebih menarik lagi…”jawabnya santai sembari menghembuskan asap roko’ lintingannya itu. “Lalu kapan kami bisa keluar dari sini pak ?!” Tanyaku mulai emosi. “Ha ha ha orang-orang yang tersesat di sini biasanya baru bisa keluar dari sini ketika malam purnama tiba” jawab Pak Simo dengan nada mengejek.

“Tapi sampeyan cukup beruntung, purnama akan datang besok malam, sampeyan mungkin bisa keluar dari sini besok paginya,tentu saja kalau sampeyan masih mengikuti syarat-syarat itu”tambahnya.

Aku berpikir keras, tak mungkin aku kabur sementara mamie dan tante tari tak berdaya di gubuk ini. Aku juga bergidik membayangkannya, bagaimana nasib orang-orang yang terjebak saat purnama telah berakhir, bisa-bisa sebulan mereka terperangkap di sini karena purnama selanjutnya baru datang bulan depannya.Pagi harinya aku terbangun oleh sinar matahari yang menyilaukan mataku yang masuk dari sela-sela dinding gubuk itu. Sudah tidak ada Asih, Bu Sekar, mamie dan Tante tari. Sepertinya mereka telah bangun lebih dahulu. Aku bangkit dan memakai celana pendekku dan ketika aku sampai di pintu, aku tertegun melihat dari kejauhan mamie dan Tante tari sedang berjongkok di samping sumur rumah itu.Kemudian Pak Simo menimba di sumur itu dan menyiramkan airnya ke mamie dan Tante tari yang masih berjongkok. Setelahnya Pak Simo masuk ke dalam rumah. Aku mendekati mereka berdua. Wajah mereka sayu. Tatapan mata dan perangai mereka seperti orang sadar tetapi sesungguhnya mereka masih dalam pengaruh guna-guna Pak Simo sehingga yang tersisa dari kedua wanita yang aku cintai dan sayangi ini adalah keinginan yang diluar kesadaran mereka. “Sekarang cepat pakaikan mamie dan tante sampeyan kemben ini !” perintah Pak Simo sambil memberikan kain batik itu kepadaku. “Habis ini kita akan mandi”tambahnya. Dengan cekatan aku memakaikan kemben it ke mereka berdua. Tetapi tak hanya kain itu yang diberikan oleh Pak Simo, tanpa menjelaskan gunanya dia juga memberikanku sebuah gunting karatan. Aku menyimpannya di kantong celana pendekku. “Ayo ikuti saya !” perintah Pak Simo.

Kami bertiga mengikuti langkah Pak Simo. Bu Sekar dan Asih tidak ikut. Kulihat dari atap belakang rumah keluar kepulan asap, sepertinya mereka sedang memasak. Padahal aku ingin sekali mandi dengan mereka.Akhirnya kami berempat jalan kaki menyusuri hutan. Sekitar 20 menit berjalan aku mendengar suara gemuruh air terjun. Tak lama kemudian aku melihat pemandangan yang indah sekali. Komposisi susunan pohon-pohon hijau, batu-batu kali dan air yang jernih nan deras serta suara jangkrik yang bersahutan menambah suasana indah di pagi ini.Untuk mencapai sungainya, dari jalan setapak tempat kami berdiri sekarang, kami perlu menuruni tebing yang lumayan curam dengan tangga bebatuan yang cukup licin. Sesampainya di bawah, tak butuh waktu lama kami berempat segera masuk ke air yang jernih itu. Aku dan Pak Simo tidak melepaskan celana pendek kami, mamie dan tante tari juga tidak melepas kembennya. Tidak lama kemudian datanglah 4 orang yang bertampang seperti pekerja kah-sar, aku tebak mereka adalah petani atau bisa juga penebang hutan. Mereka masih berdiri di atas tebing itu. Mereka tampak sedikit kaget juga terkagum-kagum melihat pemandangan indah di dalam air itu.Tapi aku biarkan saja mereka menikmati pemandangan indah itu dari mamie ku dan Tante tari.Pak Simo kemudian keluar dari air dan mendekati 4 orang itu. Pakaian orang asing itu compang-camping, terlihat urat-urat dan otot di lengan mereka. Mereka ngobrol dengan Pak Simo tetapi matanya tak lepas dari kami sambil menunjuk-nunjuk kami. Wajah mereka mengangguk-angguk dan juga tersenyum penuh misteri.Dengan tidak aku hiraukan kedatangan orang asing itu, aku suruh Mamie dan Tante tari naik ke bebatuan untuk mengeringkan diri. Aku mendekati mereka. Aku mengambil gunting karatan yang diberikan Pak Simo tadi.Aku memangkas rumput-rumput keriting mereka satu-persatu, dimulai dari mamie tentunya. Aku mencukurnya dengan telaten. Tetapi aku kembali lagi tak bisa membiarkan keindahan itu begitu saja,akhirnya setelah selesai aku ajak mamie dan tante tari masuk kembali ke dalam air itu dan Kami melakukannya di dalam air yang dalamnya hanya sebatas perut kami itu.Siapakah 4 orang itu dan apakah yang akan terjadi padaku dan mamie ku dan juga tante tari selanjutnya ? apakah kami bertiga akan segera bisa bebas dari dalam hutan itu ? ataukah bagaimana ?

NANTIKAN TERUS KISAH SERUNYA YA GUYS ! SEKIAN & TERIMA KASIH ! 


Jumat, 23 Juni 2023

Pengalaman Pertama Di Tengah Hutan Bersama Tante Tari Dan Mamie || Cerpe...

Suatu hari mamie memintaku mengantarkannya ke pernikahan sepupunya di kota Solo minggu depan. Ternyata, tante tari akan ikut juga.Hari yang dinantikan itu pun tiba. Setelah kami menjemput Tante Tari di rumahnya, kami langsung berangkat. Perjalanan kami cukup menyenangkan kaHarisa cuaca cukup cerah dan tidak macet. Tetapi, di suatu daerah yang memiliki jalur tanjakan curam dan berkelok kelok, cuaca berubah. Tiba-tiba saja turun hujan yang sangat deras.

“Haris, ini menurut peta ada jalan pintas dari sini. Nih lihat bisa kalau kita lewat sini bisa menghindari macet karena lewat jalan-jalan kecil” kata Tante Tari yang duduk disampingku sambil menyerahkan hpnya kepadaku. “Kamu yakin Tari ?” Tanya mamie yang terlihat tidak yakin. “Yakin, tuh lihat mobil-mobil lain juga pada belok kesitu mbak” Tante Tari membalas. “Gimana Haris ? Mau gak lewat jalan pintas ?” Tanya mamie kepadaku. “Dicoba dulu deh mam…” jawabku.

Akhirnya kami mencoba jalan itu dengan harapan untuk menghindari kemacetan dan agar bisa cepat sampai di kota semarang untuk segera bisa beristirahat. Kami memang sudah merencanakan untuk menginap dulu di kota Semarang untuk beristirahat dan esoknya melanjutkan perjalanan.Hujan semakin deras saja dan jarak pandang semakin pendek. Suhu didalam mobil semakin dingin sehingga mamie memakai jaketnya, sedangkan Tante Tari tampak merapatkan pakaiannya saja. Kami terus mengikuti jalan yang terdapat di peta itu, namun lama-lama aku mulai curiga karena suasana jalan semakin sepi dan sekeliling kami adalah hutan.Aku menjalankan mobil secara perlahan. Suasana di kanan kiri gelap gulita, hanya tampak bayangan batang-batang pohon dan semak belukar. Penderitaan lengkap sudah ketika ban mobil terperosok di tanah yang lunak akibat hujan tadi dan mobilku tak kuat untuk keluar dari lubang itu. Mesin sudah ku gas penuh tetapi putaran ban yang kencang itu tetap tidak mampu mendorong mobilku untuk lepas. “Mam…gimana nih, mobilnya gak bisa jalan” Kataku kepada mamie.

“Kamu sih Tari, asal ambil jalan saja” Mamie sedikit menyalahkan Tante Tari. “Yah kan aku gak tahu kalau bakal kayak gini mbak” Tante Tari menjawabnya dengan nada bersalah, kemudian dia mengecek hpnya dan menggerutu, “Duh sinyalnya hilang lagi”keluhnya. “Mam, tolong pegang kemudi, Haris mau keluar dorong mobilnya” Ujarku pada mamieku.Dengan masih ngomel, mamie bertukar posisi di belakang kemudi begitu aku keluar. Hujan segera membuatku basah kuyub. Sial, gumamku dalam hati. Ban itu begitu dalam terperosok, membuat setiap usahaku sia-sia selain hanya menghasilkan semburan lumpur ke celana pendek dan kausku. Kemudian aku sadari, bahwa hanya sekian meter di belakang mobil adalah sekumpulan pohon-pohon besar, demikian juga di depan.Sudah dua jam menunggu tetapi hujan tidak kunjung reda. Dari kejauhan aku melihat suatu cahaya yang bergerak. Lama-lama cahaya itu mulai mendekat. Dari kegelapan muncul sesosok lelaki paruh baya, memakai caping lebar. Setelah dia sampai di mobil kami dia mengetuk kaca pintu mobil kami. Aku segera menurunkan kacanya.

“Ada yang bisa saya bantu, le…?’’, tanyanya dengan suara yang parau, namun cukup nyaring terdengar di tengah gemuruh hujan dan guntur malam itu. “Kami kesasar dan mobil kami terperosok pak”, jawabku setengah berteriak karena biar suaraku tidak kalah dengan suara hujan saat itu. “Wah susah juga ngedorongnya kalau hujan- hujan gini. Lagian kalau berhasil, nanti didepan juga bakal terperosok lagi, banyak lubangnya di depan” Balas si bapak tua itu. Tetapi orang tua itu lantas membantuku mendorong agar mobil itu keluar dari jebakan lubang. Namun tetap tak berhasil. Kini bahkan akibat kikisan tanah, seluruh ban mobil itu terperosok. “Sebaiknya tunggu besok pagi saja, le…kampung terdekat juga jaraknya 15 kilo lebih. Kalau sampeyan mau, malam ini nginap digubuk saya saja sama anak dan istri saya”, ujarnya dengan datar namun sepertinya tulus. Daripada aku tinggal di mobil dan tiba-tiba kaca diketuk kuntilanak atau gendruwo lebih baik aku turuti tawarannya itu. Namun tentu saja, aku harus minta persetujuan mamie dan Tante Tari dahulu. Setelah berdebat, akhirnya mereka mau juga. Kami pikir lebih baik berada di tempat yang kering dan hangat daripada terjebak di dalam mobil.Jalan setapak yang becek di tengah hutan itu membuat mamie dan tante berkali-kali terpleset, membuatku berkali-kali harus memapah mereka, tentu saja setelah terlebih dahulu dihadiahi sumpah serapah mereka. Payung yang mereka bawa terasa jadi percuma, karena tak mampu mencegah mereka menjadi basah kuyub.

Cukup lama kami berjalan hingga kami melihat gubuk dari bambu dengan cahaya remang-remang dari dalamnya. Rumah itu tampak sederhana, pantas si lelaki misterius itu menyebutnya gubuk. Sebuah rumah limas khas jawa dengan empat tiang kayu di bagian tengah, beratap genteng tanpa plafon, berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah.Di dalamnya hanya ada meja kursi tua, dua dipan sederhana dan dua lemari reyot menempel di dinding. Dua lampu teplok yang kacanya telah menghitam menjadi alat penerang rumah tersebut, dan satu-satunya alat hiburan adalah radio transistor tua yang memperdengarkan suara pertunjukan wayang kulit mengiringi gemuruh hujan di luar, menambah suasana magis semakin terasa di malam itu.Sial bagi Tante Tari. Dalam cahaya yang remang-remang, tak sengaja aku melihat Tante Tari yang menggunakan atasan merah jambu, Asesoris hitamnya tampak terceplak karena akibat bajunya yang basah kena air hujan sehingga membuat pakaiannya menjadi agak trans-paran. Menyadari akan hal itu, Tante Tari segera menutupinya.Sampai digubuk itu, tampak sepasang perempuan di atas dipan tengah tertidur, terdiri dari wanita separuh baya dan satu lagi seorang gadis yang kira-kira seusiaku. “ayo cepat bangun, ada tamu, cepat bikinkan minum” ujar si bapak membangunkan isteri dan anaknya.

Dengan segera mereka beranjak bangun meninggalkan dipan yang hanya beralaskan tikar dan selimut kumal itu. Untuk ukuran desa sekalipun, si gadis berwajah cukup manis, sementara ibunya sedikit lebih besar dengan wajah biasa saja. Si anak memakai kain batik lusuh yang dililitkan menjadi kemben.Sedangkan si ibu memakai kain sarung dari batik yang hanya diikat sebatas pinggangnya saja, layaknya kebiasaan wanita di desa.Dalam hati timbul rasa iba di hatiku melihat bagaimana miskinnya mereka, sekaligus juga bertanya-tanya bagaimana mereka bisa tinggal di tengah hutan dan terpencil seperti ini…? “kalian basah kuyub semua, sebaiknya ganti pakaian daripada masuk angin, silahkan ke belakang saja, kalau mau buang air dan bersih-bersih juga ada sumur” ujar si bapak itu.

Aku segera menyambar ranselku, tapi mamie dan Tante Tari saling bertatapan bingung, tentu saja, mereka meninggalkan tas pakaian mereka di bagasi mobil. Sial, nampaknya aku lagi yang harus mengambilnya. Namun sebelum perintah mereka keluar, si lelaki itu berkata,

“kalau mau biar pakai pakaian anak dan isteri saya saja, maaf kalau kurang berkenan” Aku menatap mamie dan Tante Tari dengan wajah memelas, berharap tidak diberi tugas untuk mengambil baju mereka di mobil.Mereka berdua akhirnya mengangguk. ”Maaf lho pak kalau ngerepotin” ujar Tante Tari.Dari dalam lemari reotnya itu si bapak mengeluarkan setumpuk pakaian. Setelah dilihat, pakaian tadi hanya berupa dua lembar kain batik yang agak using dan dua kaus lusuh. “Maaf bu, hanya ini pakaian yang kami punya”, kata si bapak menjelaskan.Mamie agak kaget sebenarnya saat itu, namun dalam keadaan seperti ini mamie harus menerimanya. “Tidak apa apa pak, makasih ya” Mamie dan Tante Tari saling berpandangan. Setelah itu pembicaraan singkat terjadi antara Tante Tari dan mamie.

“mamie sama tante duluan ya” ujar mamie tiba-tiba kepadaku sambil bergegas dengan menggamit tangan tante tari ke bagian belakang rumah yang dibatasi oleh dinding papan itu. Aku menunggu dengan duduk di kursi tua itu, sang lelaki paruh baya itu juga duduk di hadapanku sambil melinting temba-kau dengan kertasnya dan menyalakan roko’ nya itu.Wajahnya nyaris tanpa ekspresi, namun sorot matanya sangat tajam dan berwibawa. dia juga tampak kekar menggambarkan kalau dia adalah seorang lelaki yang ulet. “Maaf, kalau boleh tahu, nama bapak siapa ?” tanyaku mencoba basa basi.

“Panggil saja Pak Simo” jawabnya sambil menghembuskan asap roko’ lintingannya yang beraroma aneh itu. “Enngh… bapak sudah lama tinggal di sini ?’’ tanyaku lagi. “Lebih dari tiga puluh tahun” jawabnya singkat. ”Ini satu-satunya tanah warisan bapak saya dulu, pekerjaan saya buruh tani dan sesekali ngobati orang” ujarnya lagi seolah-olah sudah tahu pertanyaanku berikutnya, walau aku sedikit tertegun dengan perkataan ngobati orang, tapi untuk tak menyinggungnya hal itu urung aku tanyakan.Tak lama kemudian Mamie dan Tante Tari kembali dengan memakai kaus lusuh dan menggunakan kain batik itu sebagai sarung. Sehingga menampakkan keindahan mereka berdua. Ditambah, kaus yang dipakai oleh mereka mempunyai beberapa robekan. Mamie dan Tante Tari tampak risih dengan penampilan mereka itu karena khawatir pemandangan indah itu akan membuat si bapak tua itu gelisa-h.

“Kamu jangan ke belakang dulu,Haris” ujar mamie yang menyadari akan keadaannya itu. Akhirnya mamie kembali ke belakang dan kembali keluar dengan hanya menggunakan kain yang diikat menjadi kemben. Tante Tari pun menyusul melakukan hal yang sama.Selain itu, kemben yang mereka pakai ternyata tetap tak mampu menutupi seluruh keindahan mereka berdua.Melihat pemandangan itu aku mulai berdesir dan keinginanku jadi bangkit. Tapi aku berusaha menjauhkan perasaan itu. Untuk itu, aku langsung beranjak ke belakang untuk berganti pakaian dengan kaus dan celana dari ranselku.Mamie dan tante tengah bercakap-cakap dengan lelaki pemilik rumah itu ketika aku tiba dari belakang. Aku segera bergabung. Pak Simo meladeni ocehan mereka dengan datar dan singkat. Matanya tajam menatap mamie dan tante, membuat mereka tampak rikuh dan mengurangi intensitas omongan mereka. Aku duduk diantara mamie dan tante tari. “Silahkan diminum mas, bu”, kata si anak sambil senyum penuh arti. Kurasa senyum itu ditujukan kepadaku. Si anak gadisnya kemudian duduk di dipan yang berseberangan dengan dipan kami. Disitu sudah ada si bapak dan si ibu yang sudah duduk duluan.

“Maaf bu, mas, hanya ini yang bisa kami sediakan”, kata si bapak ketika kami sedang menyantap hidangan yang mereka berikan.Minuman yang mereka sediakan adalah wedang jahe dan singkong rebus, cukup menghangatkan kondisi kami di tengah rintik hujan yang entah kapan akan reda.

“Tidak apa-apa pak, maaf sudah ngerepotin” kata Tante Tari. “Nama saya Simo, ini istri saya namanya Sekar, dan anak saya Asih, dia baru 18 tahun”, si bapak mengenalkan dirinya.Wow pikirku, gadis 18 tahun sudah secantik itu. “Kalian bisa bermalam disini dulu, nanti pagi sepertinya hujan sudah reda” kata Bu Sekar. “Gimana Mbak ?” Tanya Tante Tari. “Ya sudah gak papa, toh kita emang harusnya mau nginep dulu semalem di Semarang” jawab mamie.Bincang bincang kami terus berlanjut hingga malam makin larut. Kemudian mamie dan Tante Tari pamit untuk tidur. Sementara itu Pak Simo menyalakan roko’ nya dan keluar dari gubuk itu. Bu Sekar dan Asih bersiap tidur di dipan mereka yang tadi, sementara itu baik aku, mamie dan Tante Tari tidur di dipan yang tadi kami duduki.Malam semakin larut tapi aku tidak bisa tidur. Aku merasakan ada hal yang begitu aneh, aku merasakan kalau diriku semakin hangat dan keinginanku semakin menyala, apalagi disekelilingku ada empat wanita yang hanya memakai pakaian minimalis begitu. Aku juga melihat mamie dan tante tari yang sudah terlelap pun tampak mulai seperti orang gelisah. mereka berdua mulai tidak bisa diam dan juga mualai bersuara dengan pelan.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya di rumah ditengah hutan di malam itu ?

NANTIKAN TERUS KISAH SERUNYA YA GUYS ! SEKIAN & TERIMA KASIH ! 


Bapak Mertua Datang Aku Pun Melayang || Cerpen Romantis

Pak Parjo adalah seorang bapak Mertua yang baik, gemar membantu orang lain dan sangat ramah walaupun hidup mereka sedikit kekurangan. Ia dan istrinya,Bu Parjo Sejak kepindahan putranya dan istrinya itu ke rumah yang selesai dibangun di dekat rumahnya itu. Pak Parjo dan istrinya amatlah sering memberikan bantuan. Bahkan ketika Desi atau suaminya sibuk, Pak Parjo dan istrinya sering menjaga Pipit, putri mungil mereka.Desi sendiri merupakan seorang ibu muda yang memiliki kecantikan luar dalam.Ditambah perilaku yang sangat lembut dan ramah, makin lengkaplah kesempurnaan Desi. Rambut panjang indah sebahu, dengan perawakannya yang ramping yang jauh lebih indah kelokkannya daripada sirkuit sentul, kulit putih,dengan masa depannya yang luar biasa indah menawan meskipun sudah beranak satu. Pak Parjo yang pensiunan PNS itu berperawakan agak gemuk, dengan kulit hitam kecoklatan karena seringnya terbakar sinar matahari dan sudah berusia 62 tahun. Wajahnya sudah dipenuhi keriput, matanya kemerahan dan rambutnya yang ikal mulai membotak.Wajahnya bukan wajah seorang pria tua yang simpatik, bahkan cenderung jehlek. Walaupun bukan orang berada bahkan dia itu hidup serba kekurangan, Pak Parjo dikenal lumayan akrab dengan penghuni sekitar kawasan pemukinan itu, sehingga sering dimintai bantuan dan punya banyak kawan di kampungnya itu.Tapi di balik penampilannya yang tampak begitu baik pada Desi sekeluarga, Pak Parjo sebetulnya adalah seorang preman. Satu lagi kejelekan Pak Parjo adalah orang ini sangat menyukai wanita muda dan kalau dia sudah ada maunya pastilah segala cara akan dia lakukan.Pak Parjo dan istrinya hampir tiap hari berkunjung ke rumah menantunya itu. Biasanya Bu Parjo akan merawat Pipit yang masih kecil itu setiap kali Herman dan istrinya pergi bekerja. Pak Parjo dan istrinya memang suka dengan anak kecil, apalagi dengan yang selucu dan secantik Pipit, tetapi kalau Pak Parjo itu lebih suka dengan menantunya yang luar biasa manis dan menarik itu.Desi yang masih muda dan jelita adalah wanita impian Pak Parjo. Sejak Desi pindah ke rumah barunya itu, Pak Parjo tak pernah melewatkan mengamati menantunya yang segar itu. Wajahnya yang cantik, baunya yang harum,kulitnya yang putih, rambutnya yang hitam panjang sebahu, pokoknya Pak Parjo suka semuanya itu.Sejak menantunya dan suaminya menempati rumah barunya itu, Pak Parjo bisa memenuhi keinginannya itu dengan mencuri-curi pandang ke arah semua titik keindahan dari Desi menantu idamannya itu. ‘Si Desi itu memang benar-benar dahsyat’ Kata Pak Parjo dalam hati, “Coba lihat saja bi-wirnya. Hmmmmm….pokoke maknyuuuss tenan…..! baru nempel saja palingan aku sudah akan langsung dapat”gumamnya dalam hati.

Hari ini dia lebih beruntung lagi, karena tadi pagi sempat mencuri celana mwnantunya yang belum dicuci. Dia sempat menci-hum bau harum dari celana yang bekas dipakai menantunya itu. Setelah istrinya tidur, malam itu Pak Parjo beringsut ke kamar mandi dengan sembunyi-sembunyi sambil membawa celana yang bekas dipakai oleh menantunya itu.Buat apa lagi kalau bukan buat ritual khususnya ? Ia segera mengerjakannya dengan membayangkan wajah menantunya dan membayangkan kalau dirinya tengah melakukan dengannya dengan segala macam posisi. Pak Parjo merem melek dan mendengus kesenangan dengan apa yang dikerjakan seorang diri itu di kamar mandinya. ‘Wah,,,,,!’ pikirnya. ‘Kalau cuma begini terus, bisa rusak ini aku betot sendiri terus. Gimana yah caranya agar bisa mendapatkan kesempatan dengan si Desi menantuku yang aserehe itu ? Aku musti cari cara buat bisa mendapatkannya !’bisiknya dalam hatinya.Setelah pak parjo berhasil melepaskan airnya itu ke lantai kamar mandi dengan ritualnya itu, Pak Parjo kembali ke teras dan kongkow-kongkow. Dia masih mengatur strategi untuk melaksanakan apa yang ada di pikirannya itu.Pak Parjo lantas membuka folder-folder gambar di dalam HPnya. Di dalamnya terdapat tiga foto yang sangat dia sukai. Semuanya sangat menarik hatinya, foto-foto itu diambil tanpa sepengetahuan sang menantu.Sambil menikmati foto-foto itu, Pak Parjo terus melamun hingga larut malam sambil menggaruk-garuk sesuatunya yang makin gah-tal saja sepertinya.Desi yang sudah bekerja keras sepanjang hari Minggu ini dan merasa kelelahan,yang mana hari itu Ibu rumah tangga muda yang cantik itu sudah mencuci baju, memasak, membersihkan rumah, memandikan Putrinya dan menidurkannya. Akhirnya Desi bisa beristirahat dengan tenang malam itu.Setelah mandi dengan shower, keramas dan mengenakan piyama, Desi merebahkan diri di tempat tidurnya. Sayangnya Herman punya pikiran lain dan mulai bergerak mendekati istrinya yang tidur membelakanginya itu.Rupanya Herman malam itu menginginkan jatahnya dari istrinya yang malam itu cukup lelah atas aktifitasnya tadi siang. “Jangan sekarang dong, Mas,,,” kata Desi manja. “Aku capek banget ini”keluhnya.Herman tidak menjawab. Suami Desi itu terus saja mencoba memberikan pancingan-pancingan itu pada istrinya. “Mas…?” Desi menggeliat dan mencoba mendorong suaminya agar menjauh. Tidak enak juga rasanya kalau dia menolak melayani suaminya itu, karena biar bagaimanapun Desi sangat mencintai Herman dan ingin melayaninya sampai benar-benar senang dan bahagia. Sayangnya, Herman sering memilih waktu yang tidak tepat saat meminta jatahnya itu.

“Ayolah, sayang….?” kata Herman sambil terus berusaha. “Aku capek, Mas,” jawab Desi. Tapi karena Herman terus berusaha dan tidak mengenal kata menyerah, Desi pun akhirnya mengalah.Desi berhenti menolak dan mulai rileks saat Herman benar-benar tidak bisa lagi dicegah keinginannya itu.Akhirnya berkat ketelatenan suaminya itu Desi pun terpancing juga dan ingin adanya penyelesaian juga.

“Indah banget ini semua sayang ? Sudah lebih dari lima tahun kita menikah, tapi semua yang kamu miliki masih jauh lebih indah dari gadis manapun. Masih meanrik, masih mempesona dan hmm…..dan lebih aduhai dari siapapun” Kata Herman memuji semua keindahan yang ada pada istrinya itu. Desi tersenyum bahagia,paling tidak dia masih mendapatkan pujian itu dari suaminya. “Ini semua untuk kamu seorang Mas” Kata Desi mesrah.Beberapa saat kemudian, Desi merasakan Herman mulai menyempurnakannya.Wanita cantik itu menarik nafas panjang. Herman mungkin bukan orang paling romantis di dunia, tapi biasanya dia itu mampu memberikan kebahagiaan dalam hal yang satu itu pada Desi.Pada kesempatan itu Desi bersuara pelan, untuk memberikan kesan dia sedang terbawa suasana malam itu yang diberikan suaminya. Padahal dalam hati Desi sama sekali tidak begitu bahagia.

Sebenarnya tata cara Herman tidaklah terlampau buruk, tidak pula singkat, kadang Desi juga mendapatkan kesenangan, tapi selama ini Herman tidak mampu melejitkan Desi ke puncaknya yang optimal.Desi mencoba mengimbangi gerakan suaminya, mencoba menyamakan ritme dengan gerakan yang dilakukan Herman, tapi lagi-lagi Desi harus berpura-pura karena tak berapa lama kemudian Herman sudah lebih dulu memperolehnya. Desi pun berpura-pura tersenyum pada suaminya.

Setelah semuanya usai, Herman bergulir dan memejamkan matanya penuh kebahagiaan. Desi bangkit dari bed,untuk membersihkan diri sebentar dan kembali ke tempat tidur. Sementara itu, di luar sepengetahuan Desi dan Herman, sesosok tubuh gemuk berhenti merekam adegan yang mereka lakukan itu. Sosok itu sedari tadi bersembunyi di luar jendela kamar Desi. Entah bagaimana, sosok itu bisa menemukan celah di antara tirai, mengintai ke dalam kamar lalu merekam adegan mereka dengan kamera HP nya itu.Sesosok laki-laki itu melangkah senang sambil terkekeh-kekeh pulang ke rumahnya. Dia itu adalah Pak Parjo ! Keesokan paginya…..“Desi….!”panggil suaminya. “Iya Mas ?”sahut Desi.

“Dasiku yang biru kamu simpan dimana ? Aku kok tidak bisa menemukannya dimana-mana ?”tanya suaminya. “Ada kok, di dalam lemari”jelas istrinya. Herman selalu berharap Desi akan selalu menyiapkan segala kebutuhannya sebelum berangkat ke kantor. Ketika mereka menikah beberapa tahun yang lalu, Desi sanggup selalu melayani Herman. Tapi kini, sebagai seorang wanita yang juga bekerja dengan seorang putri yang masih kecil, kesibukan pagi Desi sangatlah padat. Bangun pagi, menyiapkan makan, membangunkan Putrinya, menghidangkan sarapan… terus berlanjut sampai Herman berangkat kerja, Pipit putrinya itu biasanya diasuh oleh ibu mertuanya,Bu Parjo dan Desi sendiri berangkat bekerja.

Saat Bu Parjo tidak datang, kehidupan Desi jauh lebih hiruk pikuk. Untungnya ibu dan bapak mertuanya itu selalu menolong dan mereka selalu datang untuk membantunya. Bu Parjo tidak pernah menolak membantu dalam hal apapun juga, hubungan sebagai menantu dan ibu mertua ini pun terjalin erat. Herman dan Desi sering memberikan uang lebih pada Pak Parjo dan istrinya sebagai balas jasa dan sebagai rasa hormat mereka.Sayangnya Desi kemudian mengetahui kehidupan bapak mertuanya itu yang sebenarnya. Pak Parjo adalah seorang suami yang sering menyahkiti Bu Parjo. Tanpa alasan yang jelas (kemungkinan besar karena dia kalah main dengan kawan-kawannya).Biasanya kalau sudah begitu, hanya Pak Parjo lah yang datang ke rumah Herman selama beberapa hari. Desi sangat mengasihani Bu Parjo, kenapa dia masih tetap bertahan sebagai istri Pak Parjo ? Mungkin kondisi ekonomi membuat kehidupan Pak Parjo menjadi keras, tapi itu bukan alasan untuk menyahkiti istrinya sendiri.

Seandainya Herman yang berlaku demikian, maka Desi akan minta cerai dan pergi sejauh mungkin dari rumah ini. Bukanlah sakitnya fisik yang membuat Desi marah, tapi penghinaan berlebih terhadap kaum wanita yang membuatnya tersinggung. Desi hanya tertawa saat membayangkan Herman menjadi seorang seperti bapak mertuanya itu, tidak mungkin terjadi. Mereka sudah pacaran sejak SMU dan Herman adalah orang terbaik yang pernah dia kenal.Suatu ketika Desi pernah menanyakan perihal alasan Bu Parjo kenapa masih bertahan dengan suaminya itu, ibu mertuanya itu hanya tertawa penuh kesabaran. “Kamu belum tahu apa-apa, nduk. Desi belum mengeti apa-apa dalam hal ini”ucap ibu mertuanya dengan santai.Tapi, Bu Parjo berjanji, setiap kali Pak Parjo berlaku seperti itu, dia akan lari minta perlindungan pada Desi sekeluarga dan berusaha menyadarkan suaminya dari tindakan yang semena-mena itu. Hari ini Bu Parjo belum menampakkan batang hidungnya, dan Desi pun bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. “Pipit, ayo habiskan makannya” Kata Desi memperingatkan putrinya.

Putri kecil Desi punya kebiasaan buruk yaitu menghambur-hamburkan sarapannya. Toh walaupun sudah masuk kelas 0 kecil, Pipit masih seorang putri kecil. Desi melirik ke arah jam yang ada di dinding. Jam tujuh tiga puluh. “Sayang….aku pergi dulu ya. Mungkin pulang agak telat hari ini. Ada meeting nanti sore dengan pemegang saham” Kata Herman sambil menci-hum pipi sang istri.

Melangkah keluar dari dapur, Desi dan Herman mengangkat Pipit putrinya itu dari meja makan. Kalau Bu Parjo tidak datang, Hermanlah yang mengantarnya ke TK. Desi akan kebagian menjemputnya.

Desi merasa pusing hari ini, sehingga dia memutuskan untuk absen kerja. Setelah menelpon kantor untuk minta ijin. Saat melintas di depan kaca, tidak sengaja Desi memperhatikan dirinya sendiri.Sangat susah mempertahankan agar tetap langsing bagi sebagian orang. Tapi bagi Desi, dia bagai dikaruniai sebuah keindahan yang sangat sempurna. Desi merapikan rambut sebahunya yang agak kusut.

“Kamu memang cantik dan menarik banget, sayang. Kalau jalan-jalan di mall, pasti banyak cowok pengen berkenalan dengan kamu”itulah Kata-kata Herman biasanya….Dia selalu memuji istrinya. Memang bukan hal aneh kalau Desi sering dilirik cowok dimanapun dia berada, karena sangat cantik dan menawan. Tapi Desi adalah seorang istri yang setia dan punya martabat yang ia junjung tinggi.

“Mama, Pipit pegi dulu ya” Kata si kecil sambil mencium pipi sang bunda.

“Iya….Ati-ati ya sayang….” Desi mengecup dahi Putrinya yang lucu itu.

“Aku pergi dulu, say…..” Herman pamit sambil menggandeng Putrinya.Desi melambaikan tangan pada mereka berdua.Setelah suami dan putrinya pergi Desi pun rebahan ke atas tempat tidurnya. Pengaruh obat yang dia minum setelah sarapan tadi membuatnya sangat mengantuk. Ibu rumah tangga yang jelita itu pun tertidur selama hampir dua jam, sebelum akhirnya terbangun dan memutuskan untuk bersantai-santai sambil membaca tabloid. Desi bertanya-tanya….kemanakah Bu Parjo hari ini sebenarnya…?

Hari mulai siang dan Desi masih terus membolak-balik halaman tabloid. Dia masih menunda pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau memasak. Setelah merasa sedikit sembuh dari pusingnya, barulah Desi bangkit dari acaranya bermalas-malasan dan melangkah menuju dapur. Saat itulah terdengar pintu pagar dibuka. Siapa ya ? Apa mungkin tukang pos yang mengantarkan surat atau paket ? Pikir Desi dalam hati. Saat membuka pintu, Desi malah menemui Pak Parjo yang sedang membawa tas kresek hitam besar. “Oh…saya kira siapa…pak ?”ucap Desi. “Nak Desi kok di rumah ? Tidak kerja hari ini ?”tanya bapak mertuanya itu. “Oh, nggak, Pak. Soalnya hari ini badan agak kurang sehat, kepala juga pusing”jelas Desi.

“Oh begitu. Ini saya mau ngambil sampah yang di keranjang belakang”ucap pak parjo.Meskipun sedang malas untuk berbasa-basi dengan bapak mertuanya itu,tapi Desi tidak mau dianggap tidak sopan terhadap mertuanya ini. “Oh begitu…..Sampahnya ditaruh depan rumah saja, Pak. Nanti diambil sama tukang sampah yang keliling kan ?”sahutnya.

“Iya….” jawab Pak Parjo singkat. Desi kemudian mempersilahkan Pak Parjo untuk masuk guna mengambil sampah itu. “maaf nduk….Tapi bolehkah bapak minta segelas air putih ? Saya haus sekali” tanya Pak Parjo. “Tentu saja boleh, Pak. Kan sudah biasa ? Anggap saja rumah sendiri. Sini, biar saya saja yang mengambilkan. Bapak duduk dulu” Kata Desi sopan.Ketika Desi kembali dengan segelas air putih, Pak Parjo sudah duduk di ruang tengah. Dengan cepat Pak Parjo meneguk air putih itu dan mengembalikan gelasnya pada Desi. Ibu muda yang cantik itu mencoba mengambil gelas itu, tapi sebelum sempat menarik gelas itu, tangan Desi sudah ditarik oleh Pak Parjo duluan. Desi pun tertarik ke depan ke arah Pak Parjo.Dengan sigap Desi berputar sehingga Pak Parjo kini berada di belakangnya dan dia mencoba untuk lari, tapi Pak Parjo terus memegang tangan Desi sehingga gelas yang dipegang itu terlempar hingga pecah berkeping-keping.Apakah yang akan dilakukan oleh pak parjo ini sebenarnya ? apakah dia akan berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya selama ini akan menantunya yang cantik itu ?

SEKIAN & TERIMA KASIH ! NANTIKAN KISAH- KISAH SERU LAINNYA YA GUYS ! 


Kamis, 22 Juni 2023

Pembantuku Malam Itu Menggantikan Tugas Istriku Yang Keluar Kota || Cerp...

Ketika putri saya berumur satu tahun saya pindah rumah,yaitu Rumah sendiri.Karena selam ini saya dan istri tinggal dirumah mertua. Rasanya sudah cukup bekal mental kami untuk tinggal di rumah sendiri. Semua pelajaran tentang bagaimana berumah tangga yang kami terima dari ibu mertua tampaknya sudah sangat cukup. Juga soal pembelajaran bagaimana menyenangkan istri tentunya dari ibu mertua saya itu,meskipun Kami hanya sekali saja melakukannya, dan tak ada keinginan untuk saya mengulanginya bersama beliau.Saya takut, seperti halnya kejadian saya dengan Mbak May dan Ros. Tapi diam-diam saya merasa bangga juga terhadap diri saya. Karena mpat perempuan dalam satu keluarga telah berhasil saya taklukkan, dan rahasia itu tetap terjaga dengan aman sampai kini,sampai saat saya tuliskan kisah saya ini.

Sesungguhnya petualangan saya belumlah berakhir. Kebiasaan saya itu masih terus berlangsung di dalam rumah saya yang baru itu. Terus terang saya memang tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya dengan perempuan lain di luaran yang benar-benar saya kenal. Mungkin karena pada dasarnya saya suami yang “baik”. Kedua saya sadar kalau tidak memiliki daya tarik yang menonjol pada diri saya itu. Tinggi badan saya cuma 162 cm. Terlalu pendek untuk seorang laki-laki kalau menurut saya pribadi. Kulit sawo matang, dan wajah biasa saja meskipun tidak jelek juga. Intinya saya merasa kalau tidak ada yang luar biasa pada diri saya itu. Jadi sangat jarang perempuan akan tertarik secara fisik kepada saya.

Saya juga tidak terlalu berani di dalam bergaul, meskipun saya cukup humoris. Saya tak punya banyak teman wanita kecuali teman sekantor, dan beberapa teman di dunia maya. Saya merasa sangat nyaman berteman dengan perempuan-perempuan di dunia maya itu.Rasanya bisa Lebih bebas. Baiklah, yang akan saya ceritakan di dalam kesempatan ini adalah mengenai pembantu saya yang baru.

Kami memang sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Entah kenapa ? Mungkin mereka tidak cocok dengan istri saya yang cenderung tak banyak omong, sehingga terkesan galak. Mungkin juga karena mereka itu rata-rata malas untuk mengasuh putri kami….? Entahlah. Justru pergantian-pergantian pembantu inilah yang membuka pintu bagi saya untuk bisa bebas menjalankan dan mewujudkan hobi saya itu. Yang pertama kali adalah dengan seorang gadis bernama Sri. Usianya saat itu 18 tahun. Dia kami peroleh di sebuah kantor agent,semacam yayasan gitu. Saat itu istri saya sedang memilih-milih calon pembantu yang ditawarkan oleh pengelola agent itu. Sedangkan saya menunggu di ruang tamu dengan putri saya. putri saya terus bergerak-gerak. Maklum baru beberapa minggu bisa berjalan jadi masih senang-senangnya mungkin. Saat dia melihat mamanya dia pun berlari ke arahnya. Ketika mamanya akan menangkapnya, tetapi keburu didahului seorang gadis salah seorang calon pembantu yang ada. Gadis itu mengangkat putri saya dan menimangnya. putri saya kelihatan senang….Sehingga saya dan istri saya tertegun.

Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya.

“Gimana kalau dia saja pa ?” tanyanya. Saya merasa bingung karena kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap putri saya,rasanya dialah yang kami cari. Kami memang butuh pembantu yang pintar mengasuh putri kami. Maklum saya dan istri semuanya memang bekerja, sehingga tanggung jawab akan putri kami itu sepenuhnya kami serahkan ke pembantu. Tetapi ketika melihat gadis itu, saya jadi ragu. Rupanya istri saya tahu apa yang ada dalam benak saya. putri kami saat itu masih dalam gendongan gadis itu. Gadis yang benar-benar tak layak untuk menjadi seorang pembantu.Dia terlampau cantik sebagai seorang pembantu menurut saya saat itu. Kulitnya putih bersih. Tinggi semampai, ramah, periang. Dan….waduh….masa depannya itu sangat besar. Tetapi Saat ini saya sedang benar-benar mencari seorang pengasuh putri kami itu…Itu yang penting. “Dia saja ya pa ?”ucap Istri saya mendesak… Saya pun makin bigung. “Si Nisa lengket banget tuh”lanjut istriku.

Akhirnya gadis yang bernama Sri itu kami pilih untuk menjadi pembantu kami. Inilah sebenarnya kekeliruan istri saya saat memutuskan pilihannya itu. Maaf pembaca sekalian…...karena menurut penglihatan saya saat itu,pembantu yang bernama Sri itu……setingkat lebih cantik dibanding istri saya sendiri. Benar-benar membingungkan bukan ? Bahkan para tetangga kami tadinya tidak percaya kalau itu pembantu saya. Mereka mengira dia famili dekat kami. Bahkan reaksi saudara-saudara istri saya pun semuanya negatif. Mereka semua merasa keberatan dengan pembantu secantik itu. Apalagi Sri benar-benar ramah luar biasa. Dia juga cenderung cerdas, meskipun hanya lulusan menengah pertama. Ibu mertua saya bahkan sempat marah-marah pada istri saya dan meminta saya untuk segera mengganti pembantu saya itu dengan yang lain saja. Istri saya kemudian memberikan penjelasan pada ibu mertuaku tetang bagaimana pintarnya sri merawat Nisa putri kami itu. Penjelasannya itu pun tidak bisa diterima oleh ibu mertua saya. Saya menduga keberatan itu karena ibu mertua saya khawatir akan terjadi sesuatu antara menantunya ini dengan Sri pembantuku itu. Beliau kan merupakan contoh nyata,yang telah merasakan bagaimana saat melakukannya dengan saya ? he he he….. Istri saya tetap bersikukuh dengan keputusannya itu, bahkan ketika ibu mertua mengatakan kalau tidak akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu itu istri saya tetap mempertahankan sri sebagai pembantu di rumah kami.

Apa yang dikhawatirkan ibu mertua memang beralasan. Saya benar-benar tertarik dan terpesona oleh semua yang ada dalam diri Sri itu. Kecantikannya, kebersihannya,dan juga keramahannya. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran ngelantur. Saya mulai mencari cara untuk bisa mendapatkan Sri. Maukah dia ? pikirku pada lamunanku. Istri saya sama sekali tidak mencurigai gelagat itu pada saya. Baginya saya adalah pria yang lugu dan setia. Dunia saya hanya dunia kantor dan rumah. Setiap kali dia menghubungi saya, ya saya hanya di kantor atau di rumah. Itulah yang membuatnya merasa tenteram, tidak menaruh curiga apa-apa pada saya.belum tahu dia kalau suaminya sebenarnya adalah buaya yang sangat pandai menyelam….he he he.

pendekatan terhadap Sri saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya sedang ada tugas keluar kota. Keinginan saya sudah muncul sejak siang harinya. Istri saya sebelum berangkat keluar kota berpesan kepada Sri, supaya kalau malam Nisa tidurnya dengan dia saja. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur di malam hari. Saya itu akan susah bangun sekalipun putri kami itu menangis dengan keras di sisi saya. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh keinginan saya untuk bisa melakukannya di malam itu bersama Sri pembantuku yang cantik dan menarik itu.

Saya telah berusaha memancing keinginanya sejak sore. Tapi tidak ada reaksi apa-apa darinya. Seperti dengan cara saya tiduran dengan berbalut sarung saja, tanpa baju…. Jam 20.00 Sri meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya. “Sudah biar tidur sama saya saja,Sri ” kata saya. “Nanti saya dimarahin Ibu pak….Katanya Bapak kalau tidur…..”ucapan sri segera saya potong.

“Ahh sudahlah…..Nanti saja, saya masih mau tidur di dekat Nisa,putri saya” sahut saya.

“Saya sudah mengantuk,pak…..”ucapnya tetap dengan sopan. Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos dengan rok di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa. Rambutnya tergerai sebahu. Hmm…..keindahan itu tampak sedikit dari roknya.

“Sudah kamu tiduran di situ dulu saja,nanti kalau sudah waktunya kamu aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu,ok ?” kata saya. Sri tampak ragu dan bingung.

“Sana ambil bantal kamu Sri” perintah saya.

Dia pun beranjak mengikuti perintah saya itu. Sebentar kemudian Sri sudah datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia kemudian tidur di sisi Nisa. Dia pun berbalut dengan selimutnya. Tenggorokan saya seperti tersekat….Kering. Haus sekali rasanya. Saya tidur dengan Sri hanya dibatasi si Nisa putriku. Sri terlihat sedang mencoba memejamkan kedua matanya. Sesekali dia melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya….Rupanya dia tahu bahwa saya sedang memandanginya terus. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan matanya. Saya memandanginya terus. Semakin lama saya pun semakin kagum, dan semakin pah-nas dingin saja saya rasakan. Tetapi Saya masih merasa bingung bagaimana caranya untuk mengawalinya. Maukah Sri malam ini menerima tawaran saya untuk membantunya menuju sebuah puncak ? Kalau dia melawan bagaimana ? Kalau berteriak-teriak bagaimana ? Kalau besok dia langsung minta keluar dari kerja bagaimana ? Pikiran saya mulai kacau. Akhirnya antara berani dan tidak….Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi…..Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya saat itu.

Saya coba memanggil namanya dengan pelan….Dia membuka matanya.

“Kamu cantik sekali sri…..”ucapku nekat. Dia terbelalak dan langsung merapatkan selimutnya. Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum sedikit. “Kamu cantik sekali,sri” ucap saya lagi.

Sehingga wajahnya pun memerah. Hal itu akhirnya menimbulkan keberanian pada diri saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimutnya. Dia kaget dan menariknya dengan pelan. Saya hentikan usaha saya itu. Sesaat kemudian saya mencoba meraih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam saja atas kenekatan saya itu, Saya pun makin berani.

“Kamu pernah punya pacar,Sri ?”tanyaku. “Sudah dong pak….Nggak boleh begitu,”ucapnya mencoba menghentikan kenekatanku malam itu. Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Sri mencoba menangkannya dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam….Dia diam, hanya matanya yang menatap lurus ke arah mata saya. Saya ci-hum tangan itu. Keinginku semakin tidak terkendali. Saya terus ci-humi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada reaksi darinya. Saya pun semakin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini saya berada di belakanganya. “Bapak jangan gitu…” dia mencoba menepis tangan saya yang mencoba untuk melangkah lebih jauh lagi. “Kenapa Sri ?”tanyaku pelan. “Nggak boleh pak, Nanti dimarahin Ibu”sahutnya dengan pelan juga. “Kan Ibu nggak ada Sri ?”ucapku.

“Nanti dibilangin lho sama Adek. Dek Nisa….besok bilangin ke mama ya kalau Papa nakal ya ?” Sri berbicara pelan kepada Nisa putriku yang tengah tidur pulas itu. Saya hanya tersenyum melihatnya dan kembali mencoba keberuntunganku malam itu. Kali ini dia diam saja. Saya lebih merapat kepadanya.

Dia berusaha menjauh, Saya pun makin nekat…. Saya buka selimutnya.Dia berusaha menghindar dengan mencoba bangun dan berkata, “Saya tidur di kamar saja deh pak ”Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya. “Jangan dong Sri ”cegahku pelan. “Bapak gak mau diem sih”sahutnya.

Saya pun menghentikan kenekatan itu untuk memberinya ketemangan dulu. Sesaat kemudian saya mencobanya lagi dengan hanya meletakkan tangan saya pada pingang. Sri diam saja dengan apa yang aku lakukan itu. Melihat gelagat itu saya kembali nekat untuk berusaha memberikan pancingan pada pembantuku yang saya idam-idamkan itu dengan hati-hati. Tampaknya usahaku kali ini berhasil.terbukti dengan sri telah mengeluarkan suara yang aku hafal betul kalau itu bukan suara penolakan tetapi sebaliknyaSaya pun semakin jauh lagi melangkah Tak ada perlawanan darinya. Tangan saya bergerak pelan ke atas sampai tersentuhlah sesuatu yang yang selama ini sangat saya kagumi dan inginkan.

ketika saya dengan pelan-pelan menggerak-gerakkan telapak tangan saya,terlihat Sri mulai bergerak-gerak dan bersuara dengan lirih. Saya pun semakin lupa daratan jadinya. Tangannya terasa memegang tangan saya, tetapi bukan untuk melarang tangan saya itu disana tetapi sebaliknya.Mendapati situasi yang seperti itu saya pun dengan segera merubah posisi saya,yaitu berpindah ke atasnya,dan segera memulainya untuk membuatnya semakin terbawa suasana romantis malam itu. Tanpa saya duga,ternyata dia membalasnya dengan penuh suka cita. “Kamu pernah melakukannya dengan cowok sebelum ini Sri ?” bisik saya. “Belum pernah pak ”sahutnya seraya menatap saya dengan wajah yang begitu sendu.Tampaknya Sri sudah benar-benar berhasil aku pancing keinginannya.

“Berarti kamu masih ASLI Sri ?” taya saya. Dia mengangguk. “Kamu ikhlas kalau buat saya ?”tanyaku ingin memastikannya. Dia mengangguk…..Tapi saya takut…..Saya tak berani megambilnya. Biar bagaimana pun saya masih punya rasa kasihan. Tak tega saya….. Benar-benar tak tega…Tapi keinginan itu telah menguasai kami berdua malam itu. “pakai mulut saja ya ?” bisikku. Dia mengangguk-angguk. Akhirnya malam itu kami berdua sama-sama bisa sampai di puncak itu walau tidak sampai saya merusaknya. Sampai-sampai Dia tampak muntah-muntah….Suaranya sangat keras….Saya jadi ketakutan. Dia menampung muntahan itu dengan selimutnya. Saya menjadi iba……Saya pijat-pijat tengkuknya. Beberapa saat kemudian dia mulai tenang……Saya ambilkan air, dan di meminumnya. Dia memukuli dada saya dengan pelan. “Bapak…..Bapak…..tega banget sih ?”.

“Tapi kamu masih tetap ASLI kan ? Kamu tidak kehilangan mahkota kamu itu dan kamu tidak akan hal-im”ucapku menjelaskan pada Sri. Dia pun kemudian tersenyum dan beranjak menuju kamar mandi. Saya lega….Benar-benar lega walau masih sebatas itu. Hubungan saya dengan Sri itu saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan bagi saya dan Sri. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya sedang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri saya bekerja dan saya pulang diam-diam. Tetapi semua itu masih tetap sperti yang pertama kali itu juga,yaitu tanpa harus merusak ke ASLI an pembantuku itu.Bagi saya itu lebih dari cukup. Saya memang tidak menginginkan ke ASLI an Sri. Biarlah itu menjadi milik suaminya kelak. Suatu saat, entah karena apa, istri saya meminta Sri keluar dari rumah saya. Sri sangat sedih dengan keputusan istri saya itu. Dia menangis sesenggukan. Saya juga kaget dan takut jadinya. Ada apakah sebenarnya ? Apakah istri saya tahu yang terjadi antara saya dan Sri selama ini ? Akhirnya istri saya berterus terang kalau sebenarnya,

“Semua ini karena ibu saya yang menyuruh Sri,bukan saya” kata istri saya kepada Sri.

Sebagai gantinya ibu telah menyediakan pembantu baru. Seorang perempuan yang Hitam, dekil, dan udik. Hmm…..Sayangnya lagi dia telah bersuami. Suaminya seorang tukang bangunan. Saya tak berani untuk nekat dengan perempuan itu. Lagi pula perempuan itu amat santun, lemah lembut, dan sangat menyayangi putri saya, sehingga saya berusaha menjaga agar perempuan itu betah bekerrja bersama kami. Kepada Sri istri saya mencarikan kerja di sebuah toserba yang cuku besar. Ini berkat bantuan relasi istri saya. Sri gembira bukan main meskipun sedih harus berpisah dengan Nisa dan saya. Sejak itu saya tak pernah bertemu dia lagi. Tapi berharap suatu saat bisa bertemu ketika dia telah bersuami, dan mengulang apa yang pernah kami lakukan. (Sri, jika kamu tahu, saya sampai saat ini masih terus menunggumu)…..!

Sekian & Terima kasih !