Cerita ini terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas. Aku ikut tinggal dirumah Bulek Iroh 39 tahun.Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi.Bulek Iroh ini adalah seorang jahnda yang semua anaknya sudah pada menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bulek Iroh. Bulek Iroh ini meskipun sudah berusia 39 tahun, namun menurutku untuk wanita seusianya Bulek Iroh masih terhitung menarik meski agak gemuk namun masih terlihat menawan dimataku. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bulek Iroh paling sering memakai daster yang menampakkan keindahan-keindahan yang ada padanya, sehingga membuatku selalu mencuri-curi pandang padanya.Hari itu aku sedang membaca koran di kamarku, pintu kamar sengaja aku biarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk ke kamar. Dari dalam kamar itu lewat pintu yang terbuka itu aku lihat Bulek Iroh sedang berjalan sambil membawa handuk, rupanya dia mau mandi. Dia sempat berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku. “Kok belum berangkat ?” Sapanya.
“Iya Bulek, hari ini aku masuk siang”
Jawabku. “Wah enak dong bisa santai…” Kata Bulek Iroh lagi sambil tersenyum dan
meneruskan langkahnya menuju ke kamar mandi.Dari kamar mandi aku dengar Bulek
Iroh bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi langsung
mgelantur dengan membayangkan Bulek Iroh yang tengah mandi itu,dan timbullah
keinginanku untuk mengint-ipnya. Segera aku tutup pintu kamarku dan dengan
berhati-hati aku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi
itu,dan ternyata ada sedikit lubang kecil dari cat yang sudah terkelupas,
tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, aku
tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang kecil itu, tampak Bulek Iroh yang
sedang mandi,aku bisa melihat apa yang ada di kamar mandi itu,alangkah
terkejutnya aku ketika melihat Bude Iroh melakukan ritual di kamar mandi
itu.dengan jelas aku bisa melihatnya,sehingga membuat keinginanku pun
menyala-nyala.Semakin lama keinginanku semakin tak terkendali, kepalaku sudah
tidak bisa berfikir secara jernih lagi, yang ada di kepalaku hanyalah bagaimana
caranya bisa mendapatkan Bulek Iroh.Bulek Iroh pun akhirnya selesai mandi,
dililitkannya handuk itu sedangkan pakaian kotornya di masukannya ke dalam
ember yang ada di dalam kamar mandi itu. Aku pun segera bersiap-siap dengan
rencanaku. Bulek Iroh pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bulek Iroh melewati
kamarku dengan cepat aku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi aku
tarik Bulek Iroh masuk ke kamarku. “apa-apaan nih…?” Pekik Bulek Iroh terkejut.
“Imron, jangan Mron….?!” Bulek Iroh mencoba
menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kananku malah semakin jauh melangkah
menuju kawasan rawan banjirnya itu.Bulek Iroh mencoba berontak agar lepas, tapi
aku tak memberikan kesempatan itu. “Imron…..ingat Ron,,,bulek ini sudah tua”
Kata Bulek Iroh memohon. “bulek itu masih seger koq, buktinya saya sangat
tertarik sama bulek. sudah deh mendingan bulek ikutin saja, lagian kan bulek
sudah lama nggak melakukannya ?” Kataku terus memaksa. “Tapi bulek kan malu,
nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?”jawab Bulek Iroh.
“Ya makanya, mending Bulek ikuti saja,
supaya nggak bakalan ada yang tahu”pintaku ke bulek iroh.
Akhirnya Bulek Iroh pun terdiam, dia tidak
berusaha menolak lagi atas apa yang aku mau,sehingga aku semakin leluasa dalam
upaya memancing keinginan Bulek Iroh. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari
Bulek Iroh, aku semakin mengintensifkan gerakan tanganku ke bagian-bagian Bulek
Iroh yang dapat membuat keinginan Bulek Iroh semakin tinggi agar tidak
kehilangan momen yang indah itu sedikitpun.
“Imron……” Bulek Iroh mulai mengeluarkan
suara-suara pelan, pertanda keinginannya sudah mulai bangkit. Aku pun berputar
menghadap Bulek Iroh dan melanjutkan usahaku itu. Bulek Iroh ternyata mulai
mengimbangiku, di balasnya aku dengan penuh kasihnya.Bahkan saat tangannya aku
arahkan dia tidak menolaknya.Tanpa aku minta Bulek Iroh sudah melakukan sesuatu
yang sangat aku inginkan.Sehingga sensasi yang aku rasakan saat itu benar-benar
sangat luar biasa.Aku pun tidak tinggal diam dengan penuh semangat aku pun
berusaha untuk membuat Bulek Iroh melayang juga.Dengan posisi Bulek Iroh yang
tetap berdiri, aku merubah posisiku menjadi berjongkok di depannya.Bulek Iroh
ternyata tahu apa yang akan aku lakukan,dengan perlahan Bulek Iroh memberikan
peluang itu padaku,aku pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.Setelah itu
benar-benar aku kerjakan Bulek Iroh bersuara semakin tidak karuan,pertanda
kalau dia sangat menyukainya,sehingga aku pun semakin bersemangat
melakukannya.Begitu asyiknya aku dan Bulek Iroh kala itu, hingga aku dan Bulek
Iroh sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu pintu belum aku kunci. Tapi
akhirnya kekhawatiranku muncul juga. aku hentikan sejenak aktifitasku itu.
“Bulek,,,, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang”
Kataku sambil berdiri. “Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet ya Mron, Bulek
sudah…..” Jawab Bulek Iroh seraya mengedipkan matanya. Aku hanya tersenyum,
sambil berlalu untuk mengunci pintu.Setelah mengunci pintu aku segera kembali,
“Kalau pintu depan sudah dikunci apa belum Bulek ?” Tanyaku ketika sudah dekat
Bulek Iroh. “Dikunci, dari pagi Bulek belum membukanya kok” Jawab Bulek Iroh
sambil menarikku dengan tidak sabar.Aku dan Bulek Iroh kembali melanjutkan
pekerjaan yang sempat tertunda itu.Bulek Iroh semakin aktif saja, Bulek Iroh
kemudian gantian berjongkok di hadapanku,dan melakukan seperti yang sebelumnya
aku lakukan.Tanganku tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada,sehingga
semakin lama Bulek Iroh tidak lagi mau berlama-lama untuk proses pemersatuan.
“Imron….sekarang yuk……” Pintanya sambil berbaring di atas kasurku.Tanpa berkata
lagi aku menyusul Bulek Iroh dan mengabulkan permintaannya itu.Pagi itu aku dan
Bulek Iroh sama-sama bersemangat sekali,hingga sekitar 25 menit kemudian secara
bersama-sama aku dan bulek iroh berhasil meraihnya.Untuk beberapa saat aku dan
Bulek Iroh saling diam meresapinya. Sambil berbaring aku dan Bulek Iroh melepas
lelah sambil ngobrol dan bercanda ria.Aku dan Bulek Iroh lalu membersihkan diri
di kamar mandi.hingga ketika keinginanku dan keinginan Bulek Iroh kembali
bangkit, aku dan Bulek Iroh kembali mengulanhnya di kamar mandi sampai
benar-benar lega. Wanita seusia Bulek Iroh memang sangat berpengalaman dalam
membahagiakan pasangannya,biasanya mereka tidak egois, bahkan yang aku rasakan
Bulek Iroh cenderung memanjakanku agar mendapatkan kesenangan yang
setinggi-tingginya. Maka karena itulah aku pun merasa dituntut untuk bisa
mengimbanginya. Keinginanku terhadap Bulek Iroh entah kenapa selalu
menyala-nyala, maunya setiap hari aku bisa melakukannya dengannya, dan ternyata
Bulek Iroh pun demikian pula adanya. Hal ini aku dengar sendiri ketika aku
mengajaknya,padahal ketika itu putrinya yang datang berkunjung sedang ada di
kamarnya. Saat Bulek Iroh sedang mencuci piring,dari belakangnya aku berbisik,
tapi dengan halus Bulek Iroh menolaknya.
“Jangan sekarang sayang, nanti putriku tahu”
Kata Bulek Iroh. “Tapi Bulek, saya sudah ingin ini…”rajukku.
“Bulek juga sama sayang, malahan Bulek
pengennya tiap hari bisa sama kamu”sahutnya dengan senyum penuh arti. Akhirnya
aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh keinginan yang tak
terealisasikan.Sudah 4 hari ini keinginanku itu tak terselesaikan, aku dan
Bulek Iroh hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga
sore itu, putrinya memutuskan untuk pulang. Setelah putrinya bulek iroh pergi.
segera aku mencari Bulek Iroh. Di dalam rumah tampak Bulek Iroh baru keluar
dari kamarnya. “Mau ke mana Bulek ?” Tanyaku seraya mendekatinya. “Bulek mau
ngaji dulu sayang…” Jawab Bulek Iroh. ”Bule, ayo dong, sudah lama nih…?”
Rajukku. “Nanti saja ya sayang, Bulek cuma sebentar koq ngajinya”sahut Bulek
Iroh. “Ayo lah Bulek sebentar saja…” Paksaku.Tanganku segera saja menjalar
kemana-mana. ”Dasar kamu, nggak sabaran banget… tapi sebentar saja ya !”sahut
Bulek Iroh akhirnya manut.Ternyata Bulek Iroh juga sudah sangat mengharapkannya,
karena setelah sampai di kamarnya itu apa yang aku lakukan segera di balasnya
dengan sangat bersemangat. Meskipun waktu itu Bulek Iroh memakai kerudung tak
menghalangi aku dan Bulek Iroh untuk saling berbagi,malahan aku merasa ada
nuansa yang lain yang kian membuat keinginanku semakin menjadi-jadi dan
permintaan Bulek Iroh untuk melepas kerudungnya pun aku larang. “sayang,
kerudungnya Bulek lepas dulu yah !” Pinta Bulek Iroh. “Jangan Bulek, biarin
saja, saya semakin suka melihat bulek pakai kerudung”sahutku.
“Ah kamu ini ada-ada saja”ucapnya Sambil
berusaha mempersiapkan dirinya untuk acara pelepasan itu. “sayang…lekaslah
bulek keburu telat ini ngajinya…” Pinta Bulek Iroh.
“Iya Bulek….” Jawabku sambil
mengarahkannya. “sayang….Bulek ingin di atas ya..!”pinta Bulek Iroh.Aku pun
mengiyakan kemauan Bulek Iroh itu,Ku imbangi gerakan Bulek Iroh dengan selalu
menyambutnya disaat dia turun.Setelah beberapa saat aku dan Bulek Iroh saling
membantu,kurasakan kalau aku sudah mau kelar. “Bulek saya sedikit lagi nih…”bisikku.
“Bulek juga sayang…” Balas Bulek Iroh.hingga akhirnya aku dan Bulek Iroh
sama-sama selesainya.Aku dan Bulek Iroh sama-sama terdiam untuk beberapa saat
sebelum bulek iroh berkata, “Udah ya sayang, Bulek mau berangkat ngaji dulu”
Kata Bulek Iroh sambil beranjak menuju kamar mandi.Aku lalu mengikutinya. Aku
dan Bulek Iroh sama-sama masuk kamar mandi untuk bersih-bersih Sambil saling
bercanda. “Gara-gara ini nih Bulek jadi terlambat…” Kata Bulek Iroh sambil
meremasnya dan terkekeh.Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bulek Iroh itu.
Setelah dirasa bersih aku dan Bulek Iroh keluar dari kamar mandi, aku masuk ke
dalam kamarku sedang Bulek Iroh berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan
celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko’ sambil baca koran. Dari
dalam terlihat Bulek Iroh berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.
“Sayang…. Bulek berangkat ngaji dulu ya…
kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu” Kata Bulek Iroh. “Iya
Bulek…”Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bulek Iroh.Setelah menutup
pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bulek Iroh
nonton TV berdua, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk
mengajak Bulek Iroh saat itu, kasihan sepertinya dia cape sekali. Ketika aku
mau kembali ke kamarku aku dengar telepon Bulek Iroh berdering,yang ternyata
dari cucunya Bulek Iroh yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung.Wah
alamat nih….bisa-bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya,
kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan
ke kamar mandi aku lihat Bulek Iroh sedang berada di dapur dengan hanya memakai
daster membuatku jadi iseng. Ketika mandi itu pikiranku terus tertuju ke Bulek
Iroh, pikirku kalau nggak sekarang….bisa gigit jari deh nanti, soalnya cucunya
Bulek Iroh kalau datang bisa berhari-hari.Setelah selesai mandi, aku segera
masuk kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar
praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bulek
Iroh yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat
dengan Bulek Iroh langsung saja aku memberikan kejutan padanya. “apaan nih..!?”
Teriak Bulek Iroh terkaget-kaget,tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bulek
Iroh pun tenang kembali. “kamu ini ngapain sih, ngagetin Bulek saja, untung
Bulek nggak Jantungan”Rajuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan
terhadapnya.sedangkan Bulek Iroh sejauh ini masih cuek saja dengan terus
memilih-milih sayuran yang akan dimasak. “sayang,,,, Bulek sih sudah menebak
kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Bulek” Kata Bulek Iroh. “Koq Bulek
tahu..?” Tanyaku. “Kamu semalam denger kan kalau cucuk Bulek mau datang.
Kasihan deh kamu sayang, bakal nganggur beberapa hari, hi… hi… hi…” Jawab Bulek
Iroh sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nantinya. “Iya Bule,
nasib-nasib…” Sesalku.
Bulek Iroh kembali tertawa mendengar
ratapanku itu. “Sayang…. berhenti sebentar…” Pintanya.Dan setelah aku
menghentikan kegiatanku itu,ternyata bulek iroh malahan berusaha memberikan
peluang yang lebih luas lagi untukku.Tapi tak lama berselang, kurasakan Bulek
Iroh yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas
meja,seperti tengah mendapatkan sebuah kesenangan yang luar biasa dari yang aku
kerjakan saat itu, satu tangannya menekan kepalaku disertai dengan suaranya
yang panjang. Setelah itu perlahan-lahan melemah, kemudian terhenti, hanya
nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan melemahnya gerakan Bulek
Iroh, aku pun menghentikan kegiatanku itu pada Bulek Iroh. Setelah merasa
pulih, Bulek Iroh lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bulek
Iroh lalu mendekat kedepanku,dan aku sambut bulek iroh dengan kasih sayangku
yang tulus,bukan modus,hehehe.Aku dan Bulek Iroh selanjutnya menuju ke menu
utama hidangan di pagi yang indah itu.Bulek Iroh lalu menempatkan diri diatas
meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sehingga menampilkan pemandangan
yang sangat memukau bagiku. Segera saja aku ambil suguhan itu sebelum keduluan leler
he….he…he.untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan Bulek Iroh itu cukup
kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara
berdegup.Aku dan Bulek Iroh lalu berganti posisi di lantai dapur.Ketika aku
rasakan saat-saat menuju puncak itu sudah semakin dekat aku semakin memacunya
dengan cepat,begitupun bulek iroh.Setelah beberapa kali gerakan yang agak
keras, akhirnya aku pun sampailah yang disusul oleh bulek iroh,aku dan Bulek
Iroh pun mengahirinya dengan sangat lega dan bahagia pagi itu.Ternyata cucuknya
Bulek Iroh tinggal lama dirumahnya itu,karena dia sedang libur panjang, tinggal
aku yang sengsara menahan keinginanku sama Bulek Iroh yang tidak dapat
tersematkan. Akhirnya aku pun tak bisa bertahan dengan keadaan itu, suatu sore,
ketika Bulek Iroh hendak mandi dan cucunya sedang main di depan rumah, aku
hentikan langkah Bulek Iroh di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku
utarakan kemauanku itu pada Bulek Iroh.
“Bulek, saya sudah kangen nih…”bisikku
pelan pada Bulek Iroh. “Sabar dong sayang, kamu kan tahu sendiri kondisi saat
ini ? Bulek juga sama, sudah kangen, tapi ya gimana lagi ?” Jawab Bulek Iroh.
“Tuh kan Bulek juga sudah kangen, ayolah
Bulek, sebentar saja” Desakku.
“Iya juga sih, tapi nggak ada
kesempatannya,karena cucunya Bulek itu lho, maunya sama Bulek terus…”sahutnya.
“Bulek, gimana kalau nanti malam…? setelah dia tidur Bulek pura-pura saja sakit
perut, atau setelah semuanya tidur Bulek nanti ke sini”usulku. “Terus kalau pas
kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana ?” Kata Bulek Iroh Khawatir.
“Kita kan tidak di kamar mandi bulek ?”jawabku.
“Habis dimana…?, di kamarmu….?” Tanya Bulek
Iroh lagi. “Ya nggak lah bulek,itu sih resikonya sama, disitu saja tuh,
tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang
rumah yang keluar kita bisa segera tahu” Kataku sambil menunjuk ke tempat dekat
pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita. “Ya sudah deh
kalau gitu, nanti malam Bulek coba kesini, sudah ya nanti ada yang melihat”
Jawab Bulek Iroh setuju. Saat Bulek Iroh berlalu, setelah melihat keadaan di
dalam rumah Bulek Iroh sepi, aku sempatkan untuk isengin dia. Bulek Iroh hanya
bersuara pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi. Untuk semakin mematangkan
rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun aku
matikan.Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas aku dengar pintu belakang
rumah Bulek Iroh di buka, segera aku intip dari celah jendela, seperti yang aku
harapkan, terlihat memang Bulek Iroh yang keluar. Segera aku bangun dan keluar.
Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku
keluar dari kamar, Bulek Iroh langsung menuju tempat yang telah di rencanakan,
aku menyusulnya dengan melangkah secara berhati-hati.
Setelah berdekatan, aku dan Bulek Iroh
langsung memulainya,karena memang baik aku maupun bulek iroh ini,semakin hari
bukannya merasa bosan tetapi malah sebaliknya,kami berdua sama-sama semakin
keterusan.Ditengah malam yang sunyi itu ditemani suara-suara jangkrik dan
belalang yang bersahutan aku dan bulek iroh dengan penuh semangat dan kasih
sayang saling mengobati kerinduan yang ada.Dengan mencoba tetap waspada
kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Bulek Iroh berdiri menyender di
dinding dan setelah dirasa posisinya pas, mulailah acara kami berdua itu dan
ternyata dengan suasana yang seperti itu sensasinya sunggug terasa sangat luar
biasa bagi kami berdua. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku
dan Bulek Iroh tetap saja semangat.Aku dan Bulek Iroh menjadi lebih bersemangat
untuk segera menuntaskannya karena takut keburu ada yang datang. Dan Akhirnya
dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bulek Iroh
sama-sama telah sampai ke ujung cerita indah malam itu.Aku dan Bulek Iroh sama-sama
terdiam dengan nafas yang saling berkejaran. “Ternyata mengasyikkan juga ya
sayang….dalam suasana begini ini ?” Bulek Iroh berbisik pelan di telingaku.
“Iya Bulek” Jawabku singkat. “Besok malam gimana Bulek ?” Tanyaku.
“Gimana besok saja deh,,,, kita cari cara
yang lain, sudah ya Bulek mau masuk dulu” Jawab Bulek Iroh.
“Sebentar Bulek…” Cegahku sambil melakukan
satu gerakan. “hmmm….. kamu ini nggak ada bosan-bosannya ya…?“Sahut Bulek Iroh
mah-nja.setelah itu Bulek Iroh pun berjalan menuju pintu masuk rumahnya, aku
mengikutinya dari belakang,Setelah itu Bulek Iroh pun masuk ke dalam
rumah.Hubunganku dengan Bulek Iroh terus terjadi dan kian lama aku rasakan kian
menjadi saja hingga kalau tidak ada halangan, bisa tiap hari aku dan Bulek Iroh
melakukannya. Apa yang selama ini aku lakukan dengan Bulek Iroh itu terus
berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku
mulai kerja, karena aku tetap tinggal di rumah Bulek Iroh. Bahkan hingga
akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bulek
Iroh untuk memberikan nafkah bathin itu pada Bulek Iroh, entah kenapa aku tak
pernah bosan dengan Bulek Iroh, dan sebaliknya Bulek Iroh pun dengan senang
hati tetap menyambutku dengan penuh suka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar